Contoh Makalah Taqwa

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manakala seorang manusia diberi pertanyaan mengenai hakikat hidup manusi, apa yang sebenar – benarnya menjadi tujuan akhir manusia hidup di dunia? Tentu setiap individu memiliki jawaban yang berbeda. Hal ini tergantung tingkat keilmuan, keimanan, keIslaman, dan keihsanannya.
Lalu, bagaimana kita mampu menemukan hakikat hidup manusia di dunia? Padahal kata Iman, Islam, dan Ihsan merupakan kata yang tidak asing bagi setiap muslim yang mendengarnya. Namun, bisa jadi mereka memiliki pemahaman yang berbeda atau bahkan tidak mengetahui sama sekali maksud dari kata – kata tersebut.
Menjadi pribadi yang sukses, adalah impian setiap manusia. Terlebih umat Islam, yang telah meyakini adanya kehidupan lain setelah di dunia. Ya, sukses dunia-akhirat. Itulah orientasi terbesar bagi setiap Muslim di dunia. Namun, kebanyakan dari mereka hanya mampu mengetahui dan mengorientasikannya secara teori dan hanya konsep belaka. Aktualisasi dalam kehidupan sangat sulit terwujud.
Maka, bersama kita akan membahas bagaimana jalan yang lurus, jalan yang mampu membawa kita menuju kesuksesan dunia-akhirat, yaitu Taqwa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian taqwa?
2. Apa sajakah keutamaan orang yang bertaqwa?
3. Bagaimanakah sifat-sifat orang yang bertaqwa?
4. Bagaimanakah
5. Apa sajakah macam jalan menuju taqwa?
6. Apa sajakah pahala taqwa?
7. Bagaimana cara mengagungkan syi'ar Allah sebagai tanda     ketakwaan hati?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Taqwa
Definisi Taqwa yang paling sederhana dan populer didengar adalah “Mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-NYa”. Mengenai definisi lebih dalam, Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara, “memelihara diri dalam menjalani hidup sesuai tuntunan/ petunjuk Allah”. Adapun dari asal bahasa, taqwa lebih dekat dengan kata waqa yang bermakna melindungi sesuatu, memelihara dan melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan. Taqwa pada dasarnya berarti menjaga diri dari hal-hal yang dibenci, karena kata taqwa berasal dari kata "الوقاية " al-wiqaayah (penjagaan). 
Di dalam Al – Qur’an terdapat berbagai definisi mengenai taqwa. Menurut Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 2-4, Allah berfirman:

Artinya: “Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizqi yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yang yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”.

Difinisi Taqwa secara dasar adalah Menjalankan perintah, dan menjauhi larangan. Kemudian dilanjukan dengan kalimat Taqwallah yaitu taqwa kepada Allah SWT. Taqwa terdiri dari 3 huruf: ta = tawadhu, artinya sikap rendah hati, patuh, taat baik kepada aturan Allah SWT, maupun kepada sesama muslim jangan menyombongkan diri; qof = qonaah, artinya sikap menerima apa adanya (ikhlas), dalam semua aspek, baik ketika mendapat rahmat atau ujian, barokah atau musibah, kebahagiaan atau teguran dari Allah SWT, harus disyukuri dengan hati yang lapang dada; wau = wara, artinya sikap menjaga hati / diri (Introspeksi), ketika menemui hal yang bersifat subhat (tidak jelas hukum-nya) atau yang bersifat haram (yang dilarang) oleh Allah SWT.
Beberapa ulama mendifinisikan dengan :
1. Taqwa = dari kata = waqa-yaqi-wiqayah = memelihara yang artinya memelihara iman agar terhindar dari hal-hal yang dibenci dan dilarang oleh Allah SWT
2. Taqwa = Takut yang artinya takut akan murka da adzab allah SWT
3. Taqwa = Menghindar yang artinya menjauh dari segala keburukan dan kejelekan dari sifat syetan. Yang dimaksud menghindar trebagi dalam tiga tingkat, yakni:
a. Menghindar dari kekufuran dengan jalan beriman kepada Allah
b. Berupaya melaksanakan perintah Allah sepanjang kemampuan yang dimiliki dan menjauhi larangan-Nya
c. Dan yang tertinggi, menghindar dari segala aktivitas yang menjauhkan pikiran dari Allah SWT.
4. Taqwa = Sadar yang artinya menyadari bahwa diri kita makhluk ciptaan Allah sehingga apapun bentuk perintah-nya harus di taati, dan jangan sekali-kali menutup mata akan hal ini.
B. Keutamaan Taqwa
Orang yang bertaqwa secara fisik mungkin terlihat sama saja dengan orang pada umumnya. Namun, perlu diketahui bahwa banyak hal yang sebenarnya menjadi keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepadanya.
1. Yang bertaqwa adalah yang termulia di sisi Allah SWT
Allah SWT mendudukkan pribadi-pribadi bertaqwa meraih derajat kemuliaan yang tinggi di sisi-Nya. Seperti yang tertulis dalam firman Allah dalam surah Al-Hujurat (49) ayat 13:

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad; “Wahai sekalian manusia, sesunggunya Tuhan kalian adalah satu, ayahanda kalian adalah satu, ingatlah..! tidak ada keutamaan lebih bagi orang arab atas selain mereka, tidak pula bagi non arab atas orang-orang arab, tidak pula yang berkulit merah lebih utama dari yang berkulit hitam tidak pula yang berkulit hitam lebih utama dari yang merah, tak lain yang membuat lebih utama melainkan karena taqwa”. (HR. Imam Ahmad)
Maka bagi siapapun yang ingin meraih kemuliaan tertinggi disisi-Nya, hal itu tidak akan dicapai dengan sekedar harta, kemewahan, ataupun keturunan yang banyak, namun hanya dengan taqwa. 
2. Orang-orang bertaqwa adalah para wali dan kekasih Allah SWT
Orang-orang yang dalam dirinya bersemayam ketaqwaan akan menjadi wali sekaligus kekasih Allah SWT. Begitu tegas Allah menyatakan dalam firman-Nya bahwa Dia mencintai orang-orang bertaqwa.

Artinya: “(Bukankah demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa. [Qs. Ali Imran(3) : 76]
3. Meraih Ma`iyyatullah
Dengan ketakwaanya, pribadi bertaqwa akan dicintai Allah SWT, dengan cinta-Nya, Allah akan senantiasa menganugerahkan mai`iyyah-Nya (kebersamaan-Nya), inilah kesertaan dan kebersamaan khusus yang Allah berikan kepada mereka orang-orang yang bertaqwa, seperti yang tertulis dalam surat QS. Al-Baqarah ayat 194, yang artinya :

Artinya: “dan bertaqwaah kepada Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa”
Tentunya tidak ada kebersamaan yang lebih nikmat, tidak ada kesertaan yang lebih indah, tidak ada kedekatan yang lebih syahdu daripada ketika seorang hamba sedang merasa dekat dengan Tuhannya, merasa Allah SWT sesantiasa menyertai dalam setiap langkahnya dalam menapaki jalan kehidupan ini. Maka dia akan berjalan mengarungi kehidupan ini; segala yang akan dia lalui dia lewati, semua itu dengan ketaqwaannya akan ia tempuh dengan ma`iyyatullah.
4. Dimudahkan urusannya
Allah subhanahu wa ta`aala telah menegaskan dalam firman-Nya, yang artinya :

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”.[QS. Al-Lail (92) : 5-7]
Orang-orang yang bertaqwa adalah mereka yang gemar berbagi, mereka mau mencurahkan sebagian harta yang mereka miliki untuk kepentingan fi sabilillah, sanggup memberi di saat lapang maupun sempit, di waktu mudah maupun sulit, semua itu karena mereka benar-benar yakin akan adanya balasan syurga, maka kelak Allah akan memberi balasan yang baik dari apa yang telah mereka lakukan dan akan menyediakan jalan kemudahan bagi mereka dalam melakukan berbagi kebaikan .
Jika kita melakukan perbuatan dengan didasari iman dan dibingkai dengan nilai ketaqwaan kepada Allah SWT maka ada jaminan bahwa Dia akan memudahkan segala urusan baik kita.
5. Dilapangkan Rizkinya
Rizki adalah segala hal yang manfaat baiknya kembali kepada kita. Termasuk dalam kategori rizki adalah harta, kesehatan, ilmu, kesempatan dan peluang. Jadi rizki tidak terbatas pada harta.. Allah SWT menjanjikann kepada mereka yang bertakwa untuk mendapatkan kemudahan jalan keluar termasuk di dalamnya jalan meraih rizki.

Artinya: “dan Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya “. [QS. Ath-Thalaq : 2-3)]
6. Tergapainya Syurga dan Kenikmatan Akherat
Allah SWT memberikan informasi kepada kita tentang orang-orang yang sukses dengan sebenar-benarnya sukses, mereka yang kesuksesanya terbawa sampai
 akherat, dan di antara mereka adalah pribadi bertakwa, demikianlah firman Allah SWT dalam Surah An-Nur ayat yang ke-52, yang artinya : 

“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan”. [QS. An-Nur (24) : 52]
Orang yang benar-benar mendapat kemenangan adalah yang menang di kehidupan akherat, dan mereka akan diberi kedudukan yang tinggi dan ditempatkan di tempat yang mulia, tempat yang sudah disediakan Allah SWT untuk mereka. Mereka yang takut kepada Allah SWT disebabkan dosa-dosa yang pernah dikerjakannya serta memelihara diri dari segala macam dosa-dosa yang mungkin terjadi. Dalam ayat yang lain Allah saw juga memberikan kabar gembira kepada yang bertaqwa. 


Artinya: “Syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. [QS. Ali Imran (3) : 133]
7. Mendapat Pengajaran dari Allah SWT
Orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT akan senantiasa mendapatkan petunjuk dari Allah melalui Al-qur’an, karena memang Al-Qur’an adalah penunjuk bagi orang-orang bertaqwa. Seperti yang tertulis dalam surat Qs. Al-Baqarah(2) : 282, yang berbunyi :

Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah; Allah akan mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” [Qs. Al-Baqarah(2) : 282]
Demikian kedudukan dan keutamaan orang yang-orang yang bertaqwa. Allah akan menjamin kesejahteraan dalam kehidupan seorang hamba-Nya yang bertaqwa, baik di dunia dan akhirat dan Allah tidak pernah mengingkari janji-janji-Nya. 

C. Sifat-sifat Orang yang Bertaqwa
1. Di antara sifat orang-orang bertakwa adalah mengimani semua yang dikabarkan Allah dan Rasul-Nya dari perkara-perkara ghaib dengan keimanan yang mantap tanpa ada keraguan padanya. Ghaib adalah apa yang tidak bisa kita indera dari apa-apa yang Allah kabarkan kepada kita akan keberadaanNya, seperti iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, hari akhir, surga dan neraka. Allah mensifati mereka dengannya dalam kitab-Nya. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Alif laam miim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al Baqarah: 1-3).
2. Di antara sifat mereka: Mendirikan shalat, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam ayat di atas. Yaitu dengan menegakkan rukun-rukunnya, wajib-wajibnya, dan syarat-syaratnya. Dalam ayat tersebut tidak dikatakan melaksanakan shalat atau mendatangi shalat, tetapi mensifati mereka dengan mendirikan shalat. Mendirikan shalat secara dhahir dengan menyempurnakan rukun dan ruh shalat, yaitu khusyuk, menghadirkan hati, demikian itulah yang akan mendapatkan pahala yang besar, sesungguhnya tidak ada shalat bagi hamba kecuali yang ia konsentrasi padanya.
3. Di antara sifat mereka: Infak di jalan Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

Artinya: “Dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (Q.S Al Baqarah: 3).
Masuk dalam kategori infak berupa infak wajib, seperti zakat, nafkah kepada para istri dan keluarga dekat, juga termasuk infak yang mustahab (infak sukarela tidak wajib). Sungguh ayat datang dengan ( مِنْ) menunjukkan sebagian saja harta yang diinfakkan, untuk mengingatkan bahwa Allah tidak menghendaki kecuali sebagian kecil dari harta mereka yang tidak membahayakan mereka (jika diinfakkan). Firman Allah (رَزَقْنَاهُمْ) merupakan isyarat bahwa harta yang ada di tangan kalian bukan semata-mata hasil dari kekuatan kalian ataupun milik kalian, tetapi itu adalah rizki dari Allah yang diberikan sebagai suatu kenikmatan bagi kalian.
4.  Di antara sifat mereka: Beriman terhadap kitab-kitab Allah dan para Rasul. Mereka beriman terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah dan seluruh kitab langit yang sebelumya. Allah berfirman:

Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (Q.S Al Baqarah: 4). 
Iman terhadap kitab-kitab mengandung keimanan terhadap para Rasul serta apa-apa yang meliputinya.
5. Di antara sifat mereka : Yakin akan hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman,
وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
Serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat .(Q.S Al Baqarah:4).
Akhirat adalah sebutan untuk apa-apa yang terjadi setelah kematian. Allah menyebutkannya secara khusus setelah keumuman ayat karena iman terhadap hari akhir salah satu dari rukun iman, juga pembangkit paling besar untuk menimbulkan raghbah (berharap), rahbah (takut), dan amal shalih. Yakin adalah ilmu yang sempurna yang tidak ada sedikit pun keraguan dan mengharuskan amal.
6. Di antara sifat mereka : Mohon petunjuk kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman,
Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka. (Q.S Al Baqarah: 5).
Yaitu di atas petunjuk yang agung karena (هُدًى) berupa nakirah menunjukkan pengagungan. Dan hidayah lebih agung daripada shifat-shifat yang telah disebutkan karena terkandung di dalamnya aqidah shahihah dan amal-amal yang lurus (sesuai syariat). Sungguh ia berhak mendapat keberuntungan karena shifat-shifat imaniyah yang disebutkan dalam ayat. Allah Ta’ala berfirman,

Dan merekalah orang-orang yang beruntung (Q.S Al Baqarah: 5). Beruntung yaitu mendapat apa yang diinginkan dan selamat dari apa yang ditakutkan. Sungguh keberuntungan diperuntukkan hanya bagi mereka karena tidak ada jalan menuju keberuntungan kecuali dengan menempuh jalan mereka. Adapun selain jalan mereka adalah jalan kesengsaraan, kesesatan, kerugian yang menghantarkan pelakunya menuju kehancuran.
7. Di antara sifat mereka : Bersungguh-sungguh memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosanya dan berwasilah dengan iman mereka agar selamat dari neraka. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”. untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya. (yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah beriman, Maka ampunilah segala dosa Kami dan peliharalah Kami dari siksa neraka,” (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur. (Q.S Ali ‘Imran: 15-17).
Allah menyebutkan di antara sifat mereka adalah bertawasul kepada Allah Azza wajalla dengan iman mereka agar diampuni dosa-dosa dan dilindungi dari adzab neraka. Ini adalah sarana yang dicintai Allah, yaitu hamba bertawasul kepada Allah dengan imannya. Dia bertawasul dengan iman dan amal shalih agar disempurnakan nikmat padanya untuk memperoleh pahala yang sempurna serta terlindung dari siksa.
8. Di antara sifat mereka: Sabar, yaitu menahan diri dengan melakukan apa dicintai Allah dalam rangka mengharap keridaan-Nya. Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya, bersabar dalam meninggalkan maksiat, bersabar atas takdir yang menyakitkan.
9. Di antara sifat mereka: Jujur dalam perkataan maupun perbuatan. Bersesuaian antara lahir dengan batinnya. Jujur harus senantiasa ada dalam perjalanan menempuh sirathal mustaqim (jalan yang lurus)
10. Di antara sifat mereka: Menghinakan diri kepada Allah, yaitu senantiasa taat diiringi kekhusyukan.
11. Di antara sifat mereka: Infak di jalan kebaikan, kepada para faqir miskin dan orang-orang yang membutuhkan.
12. Di antara sifat mereka: Memohon ampun terutama ketika waktu sahur. Sesungguhnya mereka memanjangkan salat sampai waktu sahur kemudian duduk memohon ampun kepada Allah. Sebagian salaf berkata, “Seandainya aku mengetahui bahwa Allah menerima satu sujudku di waktu malam dan satu sujudku di siang hari pasti akan bergetar tubuhku (karena senang) merindukan kematian datang menjemputku. Sesungguhnya Allah berfirman,
Berkata : “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”.(Q.S Al Maidah:27).
13. Di antara sifat mereka: Menahan marah. Allah Ta’ala berfirman,
Dan orang-orang yang menahan amarahnya. (Q.S Ali ‘Imran: 134). Jika mereka mendapat perlakuan buruk yang menyebabkan kemarahan, yaitu hati mereka penuh kemarahan yang memaksanya untuk membalas dengan perkataan maupun perbuatan, mereka menahan diri dari amarah yang dalam hati mereka.
14. Di antara sifat mereka: Memaafkan kesalahan manusia. Masuk dalam kategori memaafkan yaitu memberi maaf kepada setiap orang yang berbuat buruk kepadamu dengan perkataan maupun perbuatannya.
15. Di antara sifat mereka: Jika mereka sebentar saja lalai sehingga melakukan perbuatan keji atau mendhalimi diri mereka sendiri, segera bertaubat dan mohon ampun. Mereka ingat kepada Allah Ta’ala, apa yang diancamkan bagi orang-orang yang berbuat dosa dan apa yang dijanjikan bagi orang-orang bertakwa. Mereka mohon ampun atas dosa-dosa dan agar ditutupi aib-aib mereka diiringi dengan meningalkan dosa serta benar-benar menyesal atasnya. Allah berfirman,

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Q.S Ali ‘Imran: 135).
Dari Abu Bakar, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabada; “Tidaklah seseorang berbuat dosa kemudian berdiri, bersuci (wudhu), shalat lalu mohon ampun kecuali diberinya ampun baginya.” Kemudian membaca ayat, “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah”. (Q.S Ali ‘Imran: 135).
16. Di antara sifat mereka: Jujur. Allah Azza wajalla berfirman,

Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. (Q.S Az Zumar: 33). 
Orang yang membawa kebenaran adalah orang yang perkaranya jujur dalam perkataan, perbuatan dan keadaannya. Jujur dalam tiga perkara ini, dengan menyempurnakan dan menegakkannya akan terwujud kejujurannya. Dikarenakan hal di muka, Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah pemilik puncak kejujuran. Dia digelari Ash-Shiddiq secara mutlak. Kata ash-shiddiiq (sangat jujur) lebih sempurna dari pada ash-shuduq (banyak jujur), dan ash-shuduq (banyak jujur) lebih sempurna dari pada ash-shaadiq (jujur). 
17. Di antara sifat mereka: Bersegera kembali kepada Allah dengan dzikir, cinta, minta pertolongan, berdo’a, takut, berharap dan seluruh macam-macam ibadah. Allah Ta’ala berfirman,
Dan didekatkanlah syurga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada Setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya), (yaitu) orang yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat, masukilah syurga itu dengan aman, Itulah hari kekekalan. mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya. (Q.S Qaaf: 31-35).
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah bersabda; Tidak menjaga salat dhuha kecuali orang yang kembali kepada Allah. Salat dhuha adalah salatnya orang-orang yang kembali kepada Allah.”
18. Di antara sifat mereka: Menjaga perintah Allah dengan melaksanakannya secara ikhlas dan sempurna dari segala sisi, demikian juga menjaga batasan-batasan Allah.
19. Di antara sifat mereka: Takut kepada Allah Yang Maha Pemurah. Yaitu takut kepada Allah berdasarkan ilmu dan berharap rahmat-Nya, senantiasa takut dalam kesendirian maupun keramaian. Ini adalah takut yang sebenarnya. Takut ketika dilihat manusia dan ketika mereka ada (bersamanya) saja terkadang berupa riya’ (ingin dilihat) atau sum’ah (ingin di dengar), hal itu tidak menunjukkan takut (yang sebenarnya). Sesungguhnya takut yang bermanfaat adalah takut dalam kondisi tersembunyi maupun terang-terangan.
20. Di antara sifat mereka: Hati mereka bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala. Allah berfirman,
وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ 
Dan dia datang dengan hati yang bertaubat. (Q.S Qaaf: 33).
Taubat akan menarik hamba kepada pemiliknya (Allah) dan mengajaknya untuk muraqabah (merasa diawasi Allah). Hakikat taubat adalah diamnya hati (dari perkara yang menyibukkan) untuk taat kepada Allah, mencintai-Nya dan menerima-Nya.
21. Diantara sifat mereka: Ihsan (berbuat kebaikan). Allah berfirman,
إ Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. (Q.S Adz Dzariyaat: 15-16). Ini ihsan mencakup berbuat baik dalam beribadah kepada Allah dengan beribadah kepada-Nya seakan-akan melihat-Nya, jika tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Dia pasti melihat mereka. Sebagaimana juga mencakup berbuat baik kepada hamba Allah dengan mencurahkan kemanfaatan dan kebaikan dari harta, ilmu, kedudukan, nasehat, amar ma’ruf nahi munkar dan selainnya dari perkara-perkara kebaikan dan jalan-jalan kebajikan.
22. Di antara sifat mereka: Bangun malam menghadap Allah subhanahu wata’ala, menghidupkannya dengan salat, dzikir, membaca Al-Qur’an. Allah berfirman,

Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. (Q.S Adz Dzariyaat: 17). Tidur mereka sedikit karena mereka beribadah kepada Allah dengan shalat, membaca Al-Qu’an , berdo’a dan merendahkan diri. 
D. Menyeru pada Ketaqwaan.
Berikut ayat yang menyeru pada ketaqwaan:


41. Dan berimanlah kamu kepada apa yang Telah Aku turunkan (Al Quran) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan Hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa.(Q.S Al Baqarah:41)
Ayat diatas menerangkan bahwa kita diwajibkan untuk beriman pada pedoman yang telah diberikan untuk kita melalui nabi terakhir yaitu nabi Muhammad saw, sebagai salah satu bentuk ketaqwaan kita pada Allah swt.
E. Jalan Menuju Taqwa
1. Mu’ahadah (Ingat Perjanjian)


63. Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari kamu dan kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar kamu bertakwa".(Q.S Al Baqarah:63)
Sesungguhnya kita semasa di alam roh telah berjanji dengan Allah swt bahawa kita akan mengiktiraf Allah swt sebagai tuhan kita dan memenuhi hak-hak Nya sebagai seorang tuhan. Manusia yang melupakan janjinya padaNYa pastilah tidak akan hidup di atas bumi ini mengikut suruhannya dan meninggalkan larangannya. Dengan selalu merasa mu’ahadah, maka manusia akan sentiasa mengingati perjanjian itu seterusnya berusaha bersungguh untuk memenuhi janjinya itu.
2. muaqabah(menghukum diri)


179. Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.(Q.S Al Baqarah:179)
Seperti yang kita fahami qishaash adalah salah satu bentuk hukuman yang di kenakan atas kesalahan/ jenayah yang dilakukan oleh manusia.Ini adalah bertujuan untuk mencegah agar manusia itu takut untuk melakukan kesalah / jenayah seterusnya menjamin agar kehidupan manusia itu dilindungi. Kadangkala apabila pelajar itu melakukan sesuatu kesalahan maka gurunya akan menghukum pelajar itu supaya ia sedar dan kesalahannya dan takut serta cuba bersungguh untuk tidak melakukan kesilapan itu lagi.
Maka pengertian muaqabah bolehlah dikatakan sebagai hukuman atas dirinya sendiri sekiranya ia melakukan maksiat bahkan jika ia meningglkan kebaikan yang biasa ia lakukan , ia akan menentukkan hukuman keatas dirinya sendiri, dengan itu ia tidak kan kekal dalam kemaksiatan ataupun bersungguh- sungguh untuk kekal melakukan kebaikkan dan takut akan hukuman itu sekiranya ia lalai dan malas sebelum ia dihukum oleh Allah swt di hari penghisaban kelak.
3. mujahadah ( Bersungguh- sungguh )


69. Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.(Q.S Al Baqarah:69)
Mereka yang bersungguh untuk mencari keredhaan Allah swt, maka Allah akan menunjukki jalan dan adalah golongan yang membuat kebaikan. Ini adalah satu sikap yang mana walaupun seseorang itu berada di dalam kemalasan, kepenatan dan lain lain keadaan, ia tetap melakukan amalan- amalan kebaikkan. Dan juga telah bertahun lamanya ia membuat kebaikkan ia tetap jua melakukan kebaikkan dengan kadar yang terbaik.karena usia manusia itu tidak ada yang tahu maka kita diharuskan bersungguh sungguh dalam hal apapun.
4. muraqabah ( Merasa kehadiran Allah swt )


187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf[115] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.(Q.S Al Baqarah:187)
 [115] I'tikaf ialah berada dalam mesjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.
Seorang manusia yang tidak merasa kehadiran tuhannya, maka bagaimanakah ia akan merasa dirinya sentiasa diperhatikan?
cara untuk merasa muraqabah ialah mengamati dirinya di awal dan ditengah sesuatu pekerjaan atau amal.Apakah tujuan amalnya itu?Adakah untuk mendapat pujian manusia atau ingin menjadi mashyur?
Semestinya sebab utama pelaksanaan amal itu adalah semata- mata untuk mendapat keridhaan Allah swt. Sekirannya ia melaksanakan sesuatu amal itu kerana manusia , maka ia dikira telah melakukan sesuatu kesyirikan kepada Allah swt.
Ada beberapa jenis murakabah:
a. Murakabah ketika melakukan ketaatan, hasilnya ikhlas, khusuk, teliti dl
b. Murakabah ketika meninggalkan larangan, hasilnya bertaubat nasuha, menyesal akan dosa-dosa lalu bahkan dosa-dosa masa depan, berusaha bersungguh -sungguh untuk tidak mengulanginya. Melakukan amalan sunat untuk menampung kekuranganya itu.
c. Murakabah ketika melakukan perkara harus / nikmat. Hasinya bersederhan, tidak membazir, merasa cukup dengan apa yang ada (bukan pemalas)
d. Murakabah ketika ditimpa musibah hasilnya terima, rela dan bersabar / tidak menyalahkan takdir.
5. muhasabah ( Melihat,menilai,memerhati kehidupan yang telah dilalui)



171. Dan (ingatlah), ketika kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (dan kami katakan kepada mereka): "Peganglah dengan teguh apa yang Telah kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa".(Q.S Al A’raaf:171)
 Orang beriman diperintahkan oleh Allah swt supaya memilih waktu yang mana ianya digunakan untuk memerhatikkan amalannya sepanjang hari. Apakah ia telah melakukan apa yang diperintahkan ataupun apakah ia telah meninggalkan larangan-larangan Allah swt. Walupun detik atau masa yang diambil itu mungkin tidak lebih dari setengah jam dari jumlah masanya yang Allah swt kurniakan selama 24 jam sehari kepadanya, namun ianya cukup berharga untuk menentukkan tindakan hidupnya yang seterusnya. Ia merenung dan memikirkan dimanakah kekurangan, pengabaian dan maksiat atau dosa yang telah ia lakukan sepanjang hari?

 Kadangkala berfikir itu lebih utama dari beramal seribu tahun, bahkan di dalam Al- Quran seringkali kita temui perkataan ”tatafakkarun, yatafakkarun ” yang membawa maksud yang berkaitan dengan berfikir. Disebabkan untuk berfikirlah, Allah swt mengurniakan akal kepada manusia. Dan berakal itu adalah salah satu rukun yang penting di dalam islam untuk Allah SWT mengtaklifkan sesuatu kepada manusia.
 Sekiranya seseorang yang beriman itu tidak mempunyai ”countermeasure” di dalam hidupnya bagaimanakah ia hendak memperbaiki dirinya. Dia kan sering mengatakan pada dirinya bahawa ia telah melakukan banyak kebaikkan di dalam hidupnya namun kiranya ia menyelidikki keadaan itu boleh menjadi sebaliknya.
 Orang yang cerdik di dalam hidupnya ialah mereka yang selalu menghisab, memperbaiki amalan hidupnya dan menambah amalan – amalan solehnya, hasil dari muhasabah terhadap dirinya. Sementara orang yang rugi ialah mereka yang terus bermaksiat sehingga sampai ajalnya kerana ia tidak pernah memperuntukkan masa untuk menilai dirinya. 

F. Pahala taqwa
Allah SWT banyak sekali menjanjikan kebaikan kepada orang yang bertaqwa. Diantaranya sebagai berikut yang terdapat di dalam surat maryam ayat 62-63 yang berbunyi:



Artinya: “ Mereka tidak mendengar disana yang tidak berguna tetapi salam. Bagi mereka disana rezeki mereka setiap pagi dan petang. Itulah surga yang akan kami wariskan kepada hamba-hamba kami yang selalu bertaqwa (QS al-maryam [19] : 62-63).”
Didalam ayat tersebut dijelaskan tentang kepastian kehadiran janji allah yakni surga bagi orang yang bertaqwa. Ayat ini mengkisahkan sekelumit dari kenikmatan yang diraih penghuni surga dengan menyatakan bahwa mereka tidak berucap, tidak juga bertindak dan mendengar suatu perkataan dan sikap yang tak berguna disurga. Melainkan yang mereka dengar dan lihat hanyalah ucapan dan perbuatan yang mengandung salam dan damai. Bagi mereka disana rezeki yang telah ditetapkan allah SWT sebagai imbalan yang akan mereka peroleh setiap pagi dan petang. Bahkan secara terus menerus sepanjang masa setiap saat mereka inginkan. Itulah surga yang akan kami wariskan kepada hamba-hamba kami yang selalu bertaqwa dan mantap taqwanya.
Kebaikan lainnya yang dijanjikan oleh Allah SWT terdapat pula didalam surat al baqarah ayat 212 yang berbunyi:



Artinya: “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas (QS al-Baqarah [2]: 212).”
Ditegaskan dalam ayat ini bahwa orang-orang yang bertakwa itu fawqahum pada hari kiamat. Kata fawqahum (di atas mereka) di sini bermakna al-'uluww fî al-darajah (ketinggian dalam derajat). Sebab, orang-orang bertakwa berada di surga, sebaliknya orang-orang kafir tinggal di neraka. Disebutkannya al-ladzîna [i]ttaqaw sesudah al-ladzîna âmanû menunjukkan, tidak ada yang memperoleh kebahagiaan kecuali orang Mukmin yang ber-takwa. Penyebutan itu juga sekaligus memberikan dorongan kepada kaum Mukmin agar dia bertakwa tatkala  mendengar berita itu.
Kehidupan akhirat merupakan dâr al-jazâ (negeri pembalasan). Dan balasan itu benar-benar adil. Orang-orang kafir yang selama di dunia diberikan banyak harta, anak, dan kekuasaan, di akhirat dihukum dengan azab yang pedih. Hukuman itu sebagai balasan atas semua kejahatan yang dilakukan. Sementara, orang Muslim yang semasa di dunia ada yang lemah dan miskin, nasibnya berubah total. Maka mereka pun balik menertawakan kaum kafir.
Ayat ini ditutup dengan firman-Nya: wal-Lâh yarzuqu man yasyâ' bi ghayri hisâb (dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas). Frase ini bermakna: Allah SWT memberikan rezeki yang amat banyak. Sebab, kata bi ghayri hisâb bermakna katsîr (banyak). Sebaliknya, jika dapat dihitung berarti qalîl (sedikit). Maknanya: Allah SWT meluaskan rezeki-Nya kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Dengan penegasan ini, kaum Muslim tak perlu bersedih hati ketika ditimpa kemiskinan. Sebaliknya, ketika mendapatkan rezeki melimpah, juga tidak boleh sombong dan lupa diri. Sebab, otoritas pemberian rezeki mutlak di tangan Allah SWT. Dialah yang meluaskan atau menyempitkan rezeki kepada man yasyâ' (orang-orang yang dikehendaki-Nya).
Hal-hal tersebut dapat menjelaskan bahwa janji Allah itu pasti bagi umatnya yang bertaqwa dan patuh akan perintahnya. Banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari kita bertaqwa kepada Allah SWT. Baik manfaat didunia maupun diakhirat. Karena sesungguhnya janji Allah itu nyata. Selain itu, seseorang yang bertaqwa otomatis akan memiliki sifat furqon, yaitu sikat tegas membedakn antara hak dan batil, benar dan salah, halal dan haram, terpuji dan tercela. Allah berfirman dalam surat al Anfal ayat 29:


Artinya: “hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada allah, niscaya dia akan memberikan kepadamu furqon dan menghapus segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan allah mempunyai karunia yang besar.”
G. Mengangungkan syi’ar Allah tanda ketaqwaan hati
Syiar merupakan tindakan atau upaya untuk menyampaikan dan memperkenalkan berbagai hal dalam Islam. Mengagungkan syi’ar Allah SWT merupakan wujud dari taqwa kepada Allah. Hal ini dijelaskan didalam surat al maidah ayat 2 yang berbunyi:



Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah…………. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Didalam ayat tersebut diterangkan bahwa orang-orang mukmin wajib memenuhi janji-janji yang sudah dibuat kepada Allah. Yaitu mengerjakan perintahnya dan menjauhi segala larangan nya. Diterangkan juga dalam ayat ini tentang dilarangnya melanggar syiar-syiar Allah dan berbuat dosa. Akhir dari ayat tersebut ditutup dengan perintah agar bertaqwa kepada Allah.

Hal tersebut juga dijelaskan didalam surat al hajj ayat 30 yang berbunyi:



Artinya: ““Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 32)
Syiar agama yang kita agungkan ada 2 macam :
1. Syiar yang abstrak :
      Contohnya :  
   1. Semua syariat halal dan haram
   2. Pelajaran agama Islam
   3. Adzan
   4. Bacaan Al Quran (Sholawat), dll
2. Syiar yang nyata 
      Contohnya :  
1. Kitab Al Quran, kitab Hadits
2. Masjid, musholla, pondok, majlis ta'lim
3. Ulama ahli sunnah waljamaah dan para wali Allah
4. Anak cucu Nabi dan keturunannya (Habaib) , dll

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Taqwa adalah menjalankan peritah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
2. Taqwa memiliki bnayak keutamaan, diantaranya mendapat kedudukan yang mulia disisi Allah,orang yang bertaqwa biasanya adalah para wali, meraih ma’iyyatullah, dimudahkan urusannya, dilapangkan rizkinya, tergapainya syurga dan kenikmatan akhirat, serta mendapat pengajaran dari Allah swt.
3. Diantara sifat sifat orang yang bertaqwa adalah: Iman pada semua yang dikabarkan Allah dan Rasul-Nya , Mendirikan shalat, Infak di jalan Allah, Beriman terhadap kitab-kitab Allah dan para Rasul, Yakin akan hari kiamat, Mohon petunjuk kepada Allah, Bersungguh-sungguh memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosanya dan berwasilah dengan iman mereka agar selamat dari neraka, Sabar, Jujur dalam perkataan maupun perbuatan, Menghinakan diri kepada Allah, Infak di jalan kebaikan, memohon ampun terutama ketika waktu sahur, Menahan marah, Memaafkan kesalahan manusia, Jika mereka sebentar saja lalai sehingga melakukan perbuatan keji atau mendhalimi diri mereka sendiri segera bertaubat dan mohon ampun, Jujur, Bersegera kembali kepada Allah dengan dzikir, Menjaga perintah Allah dengan melaksanakannya secara ikhlas dan sempurna dari segala sisi, Takut kepada Allah Yang Maha Pemurah, Hati mereka bertaubat kepada Allah swt, Ihsan, Bangun malam menghadap Allah swt.
4. Islam telah menyuruh kita untuk beriman pada kitab suci al Qur’an sebagai salah satu contoh dari meyeru pada ketaqwaan.
5. Jalan menuju taqwa ada lima yaitu mu’ahadah, muaqabah, mujahadah, muraqabah, muhasabah. 
6. Mengenai pahala bertaqwa, banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari kita bertaqwa kepada Allah SWT. Baik manfaat didunia maupun diakhirat. Karena sesungguhnya janji Allah itu nyata.
7. Syiar merupakan tindakan atau upaya untuk menyampaikan dan memperkenalkan berbagai hal dalam Islam. Maka dari itu islam mengagungkan syi’ar Allah sebagai tanda keagungan hati.

1 Komentar untuk "Contoh Makalah Taqwa"

  1. Sekedar saran ya min, seharusnya dikasih daftar pustaka.
    Nice

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel