PENGERTIAN ULUMUL QUR’AN, RUANG LINGKUP PEMBAHASAN DAN PERKEMBANGANNYA

KATA PENGANTAR
            Segala puji hanya milik Allah SWT. Dia-lah yang telah menganugerahkan Al-Quran sebagai hudan li al-nas (petunjuk bagi seluruh umat manusia) dan rahmat li al-‘alamin (rahmat bagi segenap alam). Dia-lah yang Maha Mengetahui makna dan maksud kandungan Al-Quran. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, utusan dan manusia pilihan-Nya. Dia-lah sebagai penyampai, pengamat, dan penafsir pertama Al-Quran.
            Dengan pertolongan dan hidayah-Nya-lah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun makalah yang penulis susun ini berjudul PENGERTIAN ULUMUL QUR’AN, RUANG LINGKUP PEMBAHASAN DAN PERKEMBANGANNYA. Makalah ini sengaja disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an jurusan Syariah program studi Ekonomi Syariah tahun 2014, sebagai bahan kuliah dan diskusi perkuliahan.
Penulis dalam menyelesaikan makalah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.      Bapak M. Choiril Anam, MEI, selaku dosen pengampu mata kuliah Ulumul Qur’an;
2.      Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dorongan dan dukungan;
3.      Rekan-rekan jurusan Syariah yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Peneliti berharap penelitian ini bermanfaat bagi semuanya. Amiin.


Kediri, 11 September 2014

Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................         i
KATA PENGANTAR .............................................................................         ii
DAFTAR ISI..............................................................................................         iii
BAB I   PENDAHULUAN
             1.1. Latar Belakang.........................................................................        
             1.2. Rumusan Masalah....................................................................        
             1.3. Tujuan Penulisan......................................................................        
BAB II   PEMBAHASAN
               2.1. Pengertian Ulumul Qur’an.....................................................        
2.2. Ruang Lingkup dan Pembahasan Ulumul Qur’an.................        
               2.3. Perkembangan Ulumul Qur’an...............................................        
BAB IV PENUTUP
              3.1. Kesimpulan.............................................................................            
DAFTAR PUSTAKA






BAB  1
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Pada Umumnya, umat islam diwajibkan untuk selalu menjadikan kitab suci Al-Quran sebagai landasan dalam hidup, untuk itu, pengetahuan sejarah perkembangan maupun pengertian dari Al-Quran itu sendiri harus benar-benar dimengerti.
Selain merupakan sumber utama bagi ajaran islam, Al-qur’an  juga sebagai pedoman, sumber rujukan bagi umat islam yang universal, baik meyangkut kehidupan dunia maupun akhirat.
Ulumul qur’an atau juga di sebut ilmu-ilmu Al-Qur’an adalah kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaannya sebagai Al-Quran maupun dari segi pemahaman terhadap apa yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian ilmu tafsir, ilmu qira’at, ilmu rasmil Qur’an, ilmu asbabul nuzul dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an menjadi bagian dari Ulumul Qur’an.
Sebelum kita mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur’an, ada baiknya kita mengerti terlebih dahulu sejarah adanya ulumul Qur’an. Dengan adanya pokok pembahasan ini diharapkan mahasiswa semakin mencintai sumber utama umat islam yaitu Al-Qur’an

1.2.   Rumusan Masalah
1.2.1.      Apa pengertian Ulumul Qur’an?
1.2.2.      Apa saja ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur’an?
1.2.3.      Bagaimana perkembangan Ulumul Qur’an?

1.3.   Tujuan Penulisan
1.3.1.      Untuk mengetahui pengertian Ulumul Qur’an.
1.3.2.      Untuk mengetahui ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur’an.
1.3.3.      Untuk mengetahui perkembangan Ulumul Qur’an.





























BAB 2
PEMBAHASAN
            2.1 Pengertian Ulumul Qur’an
            Ulumul Qur’an terdiri atas dua kata ‘ulum dan Al-Qur’an. ‘Ulum adalah jamak (plural) dari kata tunggal (mufrad) ‘ilm, yang secara harfiah berarti ilmu. Sedangkan Al-Qur’an adalah nama bagi kitab Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, maka secara harfiah kata ‘Ulumul Qur’an dapat diartikan sebagai ilmu-ilmu Al-Qur’an atau ilmu-ilmu yang membahas Al-Qur’an
            Penggunaan kata jamak pada ‘Ulumul Qur’an, tidak kata mufrad yakni ilmul Qur’an, karena istilah ini tidak ditunjukan kepada satu (cabang) ilmu pengetahuan yang bertalian dengan Al-Qur’an, akan tetapi mencakup semua ilmu yang mengabdi kepada Al Qur’an atau memiliki sandaran (rujukan) kepada Al-Qur’an.[1]
            Adapun yang dimaksud dengan ‘Ulumul Qur’an  secara istilah, para ulama memberikan redaksi yang berbeda-beda, sebagaimana dijelaskan berikut ini.
1.      Muhammad ‘Ali al-Shabumni.[2]
Yang dimaksud dengan ‘Ulumul Qur’an’ ialah rangkaian pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an yang agung lagi kekal, baik dari segi (proses) penurunan dan pengumpulan serta tertib urutan-urutan dan pembukuannya; maupun dari sisi pengetahuan tentang sebab nuzul, makiyyah-madaniyyahnya, nasikh-mansukhnya, muhkam mutasyabihnya, dan berbagai pembahasan lain yang berkenaan dengan Al Qur’an atau yang berhubungan dengan Al Qur’an.
2.      Manna’ al-Qaththan.[3]
Ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an dari sisi informasi tentang ashab an-nuzul (seba-sebab turunnya Al-Qur’an), kodifikasi dan tertib penulisan Al-Qur’an, ayat-ayat yang diturunkan di Mekah (makkiyah) dan ayat-ayat yang diturunkan di Madinah (madaniyyah), dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Al-Qur’an.
3.      Az-Zarqani[4]
Beberpa pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an, dari sisi turun, urutan penulisan kodifikasi, cara membaca, kemukjizatan, nasikh, mansukh, dan penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan keraguan terhadapnya, serta hal-hal lain.
            Dari definisi ‘ulumul Qur’an di atas, dapat dipahami bahwa yang menjadi objek utama dari kajian ‘ulumul Qur’an itu sendiri dari berbagai aspeknya. Dan dari batasan di atas, dapat pula disimpulkan bahwa betapa luas ruang lingkup cakupan ilmu-ilmu Al-Qur’an. sebab, studi tentang Al-Qur’an dari sisinya yang mana pun, termasuk ke dalam linkungan objek ilmu-ilmu Al Qur’an. Karenanya maka mudah dipahami jika ‘ulumul Qur’an memiliki sejumlah cabang dan ranting ilmu yang sangat banyak, seperti ilmu tadwin Al Qur’an, ilmu qira’at, ilmu asbab nuzul, imu munasabah, ilmu tafsir dan lain-lain.[5]

 















2.2 Ruang Lingkup Pembahasan Ulumul Qur’an
            Mengingat luasnya ruang lingkup kajian Ulumul Qur’an sehingga sebagian ulama menjadikannya seperti luas yang tak terbatas. Bahkan, menurut Abu Bakar Al-‘Arabi, ilmu-ilmu Al Qur’an itu mencapai 77.450. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam Al Qur’an dengan dikalikan empat. Sebab setiap kata dalam Al-Quran mengandung makna zahir, batin, terbatas, dan tidak terbatas. Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufradatnya (kata-katanya). Adapun jika dilihat dari sudut hubungannya kalimay-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi tidak terhitung.[6]
            Namun demikian, Ash-Shiddieqi memandang segala macam pembahasan Ulumul Quran itu kembali kepada bebrapa pokok persoalan saja sebagai berikut:
            Pertama, persoalan nuzul. Persoalan ini menyangkut tiga hal, yaitu waktu dan tempat turunnya Al Qur’an, sebab-sebab turunnya Al Quran, dan sejarah turunnya Al quran.[7].
            Kedua, persoalan sanad. Persoalan ini meliputi hal-hal yang menyangkut sanad yang mutawatir, yang ahad, yang syaz, bentuk-bentuk qiraat Nabi, para periwayatnya dan para penghafal Al-Quran, dan cara tahammul (penerimaan riwayat).
            Ketiga, persoalan ada’ al qiroah (cara membaca al quran) hal ini menyangkut waqof (cara berhenti), Ibtida’ (cara memulai) imalah, madd (bacaan yang dipanjangkan), takhfif hamzah (meringankan bacaan hamzah) idghom ( memasukkan bunyi huruf yang sakin kepada bunyi huruf sesudahnya)
            Keempat, pembahasan yang menyangkut lafal al quran yaitu tentang yang ghorib (pelik), mu’rob (menerima perubahan akhir kata), majaz (metafora), musytarak (lafal yang mengandung lebih dari satu makna), murodif (sinonim), isti’arah (metaphor), dan tasbih (penyempurnaan).
            Kelima, Persoalan makna al quran yang berhubungan dengan al quran, yaitu ayat yang bermakna ‘amm (umum) dan tetap dalam keumumannya, ‘amm (umum) yang dimaksud khusus, ‘amm (umum) yang dikhususkan oleh sunnah, yang nas, yang dzahir, yang mujmal(bersifat global), yang mufassal (dirinci), yang mantuq (makna yang berdasarkan pengutaraan) yang mafhum (makna yang berdasarkan pemahaman), mutlaq (tidak terbatas), yang muqoyyad (terbatas), yang muhkam (kukuh, jelas) mutashabih (samar), yang muskhil (maknanya pelik), yang nasikh (menghapus), dan mansukh (dihapus), muqaddam (didahulukan), muakhor ( dikemudiankan), ma’mul (diamalkan) pada waktu tertentu, dan yang hanya ma’mul (diamalkan) oleh seorang saja.
            Keenam, persoalan, makna al quran yang berhubungan dengan lafal yaitu fasl (pisah) wasl (berhubungan) ijaz (singkat) itnab (panjang) musawah (sama) dan qosr (pendek).[8]



           
















      2.3 Perkembangan Ulumul Qur’an
A. Fase sebelum kodifikasi (Qabl’Ashr At-Tadwin)
Pada fase sebelum kodifikasi, ‘Ulum Al-Quran kurang lebih sudah merupakan benih yang kemunculannya sangat dirasakan semenjak Nabi masih ada. Hal itu ditandai dengan kegairahan para sahabat untuk mempelajari al quran dengan sungguh-sungguh. Terlebih lagi, diantara mereka sebagaimana diceritakan oleh abu Abdurrahman as-Sulami, ada kebiasaan untuk tidak berpindah kepada ayat lain, sebelum benar-benar memahami dan mengamalkan ayat yang sedang dipelajari. Mereka mempelajari sekaligus mengamalkan ayat yang sedang dipelajarinya. Tampaknya itulah sebabnya mengapa ibn ‘umar memerlukan waktu delapan tahun hanya untuk menghafal surat al baqoroh.[9]
Kegairahan para sahabat untuk mempelajari dan mengamalkan al quran tampaknya lebih kuat lagi ketika nabi hadir ditengah-tengah mereka. Hal inilah yang mendorong ibn Taimiyyah untuk mengatakan nabi sudah menjelaskan apa-apa yang menyangkut penjelasan al quran kepada para sahabatnya.
Riwayat-riwayat penafsiran dan ilmu-ilmu Al Quran yang diterima oleh para sahabat dari Nabi kemudian diterima oleh para tabiin dengan jalan periwayatan.
Dapat dijelaskan di sini bahwa para perintis ‘Ulum Al Quran pada abad I (atau sebelum kodifikasi) adalah sebagai berikut:
a.   Dari kalangan sahabat: Khulafa’ Ar-Rasyidin, Ibm ‘Abbas, Ibn Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubai bin Ka’ab, Abu Musa Al-Asy’ari, dan ‘Abdullah bin Zubair.
b.   Dari kalangan tabi’in: Mujahid, ‘Atha’ bin Yasar, ‘Ikrimah, Qatadah, Al-Hasan Al-Bashari, Sa’id bin Jubair, Zaid bin Aslam.
c.   Dari kalangan atba’tabi’in:Malik bin Anas.


B. Fase Kodifikasi[10]
Pada fase sebelum kodifikasi, ‘Ulum Al Quran juga ilmu-ilmu lainnya belum dikodifikasikan dalam bentuk kitab atau mushaf. Satu-satunya yang sudah dikodifikasikan saat itu hanyalah Al Quran. Fenomena it uterus berlangsung sampai ketika ‘Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Al-Aswad Ad-Da’uli untuk menulis ilmu nahwu. Perintah ‘Ali inilah yang membuka gerbang pengodifikasian ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab. Pengodifikasian itu semakin marak dan meluas ketika Islam berada pada tangan pemerintahan Bani Umayyah dan Bani’Abbasiah pada periode-periode awal pemerintahannya.
a.   Perkembangan ‘Ulum Al Quran Abad II H
Tentang masa penyusunan ilmu-ilmu agama yang dimulai sejak permulaan abad II H, para ulama memberikan prioritas atas penyusunan tafsir sebab tafsir merupakan induk ‘Ulum Al Quran.
b.   Perkembangan ‘Ulum Al Quran Abad III H
Pada abad III H, selain tafsir dan ilmu tafsir para ulama mulai menyusun pula beberapa ilmu Al Quran, diantaranya ilmu Asbab An-Nuzul, ilmu Nasikh wa Al-Mansukh, ilmu Qira’at, dan Fadha’il Al Quran.
c.   Perkembangan ‘Ulum Al Quran Abad IV H
Pada abad IV H mulai disusun ilmu Gharib Al-Quran dan beberapa kitab ‘Ulum Al Quran dengan memakai istilah ‘Ulum Al Quran. Diantara ulama yang menyusun ilmu-ilmu itu adalah: Abu Bakarb As-Sijistani (330 H) yang menyusun kitab Grarib Al Quran, Abu Bakar Muhammad bin Al Qasim Al Anbari (328 H) yang menyusun kitab ‘Aja’ib ‘Ulum Al Quran, dan Abu Al-Hasan Al-Asy’ari (324 H) yang menyusun kitab Al Mukhtazan fi ‘Ulum Al Quran.
d.   Perkembangan ‘Ulum Al Quran Abad V H
Pada abad V H, mulai disusun ilmu I’rab Al Quran dalam satu kitab. Di samping itu, penulisan kitab-kitab ‘Ulum Al Quran masih terus dilakukan oleh ulama masa ini. Diantara ulama yang berjasa dalam pengembangan ‘Ulum Al Quran pada masa ini adalah : ‘Ali bin Ibrahim bin Sa’id al-Hufi (430 H), dan Abu ‘Amr Ad-Dani (444 H) yang menyusun kitab At-Tafsir fi Qira’at As-Sab’I dan kitab Al-Muhkam fi An-Naqth.
e.   Perkembangan ‘Ulum Al Quran Abad VI H
Pada abad VI H, disamping terdapat ulama yang meneruskan pengembangan ‘Ulum Al Quran, juga terdapat ulama yang menyusun ilmu Mubhamat Al Quran, diantaranya adalah : Abu Al-Qasim bin ‘Abdurahman As-Suhaili (581 H), dan Ibnu al-Jauzi (597 H).
f.    Perkembangan ‘Ulum Al Quran Abad VII H
Pada abad VII H, ilmu-ilmu Al Quran terus berkembang dengan mulai tersusunnya ilmu Majaz Al Quran dan ilmu Qira’at. Diantara ulama abad VII yang besar perhatiannya terhadap ilmu-ilmu ini adalah Alamuddin As-Sakhawi (643 H), Ibn ‘Abd As-Salam (660 H) yang memelopori penulisan ilmu Majaz Al Quran dalam satu kitab, dan Abu Syamah (655 H) yang menyusun kitab Al Mursyid Al-Wajiz fi ‘Ulum Al Quran Tata’alaq bi Al Quran Al’Aziz.
g.   Perkembangan ‘Ulum Al Quran Abad VIII H
Pada abad VIII H, muncullah beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru tentang Al Quran, sedangkan penulisan kitab-kitab tentang Ulum Quran terus berjalan.
h.   Perkembangan ‘Ulum Al Quran Abad IX dan X H
Pada abad IX dan permulaanabad X H, makin banyak karangan yang ditulis ulama tentang Ulum Al Quran. Pada masa ini, perkembangan Ulum Al Quran mencapai kesempurnaannya.
i.     Perkembangan ‘Ulum Al-Quran abad XIV H.
Setelah memasuki abad XIV H, bangkitlah kembali perhatian ulama dalam penyusunan kitab-kitab yang membahas Al Quran dari berbagai segi. Kebangkitan ini diantaranya dipicu oleh kegiatan ilmiah di Universitas Al-Azhar Mesir, terutama ketika universitas ini membuka jurusan-jurusan bidang studi yang menjadikan tafsir dan hadis sebagai salah satu jurusannya.
Ada sedikit pengembangan tema pembahasan yang dihasilkan para ulama abad ini dibandingkan dengan abd-abad sebelumnya. Pengembangan itu di antaranya berupa penerjemahannya Al Quran ke dalam bahasa-bahasa Ajam.



















BAB IV
PENUTUP
                  3.1 Kesimpulan
                   Dari pembahasan yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwasecara harfiah kata ‘Ulumul Qur’an dapat diartikan sebagai ilmu-ilmu Al-Qur’an atau ilmu-ilmu yang membahas Al-Qur’an. ‘Ulumul Qur’an adalah kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an yang mempunyai ruang lingkup pembahasan yang luas. Pertumbuhan dan perkembangan ‘Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui proses secara bertahap dan sesuai dengan kebutuhan untuk membenahi Al-Qur’an dari segi keberadaan dan  pemahamannya. Jadi, Al Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia yang disajikan dengan status sastra yang tinggi. Kitab suci ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia semenjak Al-Qur’an diturunkan, terutama terhadap ilmu pengetahuan, peradaban serta akhlak manusia.

           














DAFTAR PUSTAKA
Syadali, Ahmad “Ulumul Quran 1” (CV PUSTAKA SETIA:Bandung) 1997
Anwar, Rosihon “Ulum Al-Quran” (CV PUSTAKA SETIA:Bandung) 2010
Ahmad bin Taimiyah, Muqaddimah fi “‘Ushul At-Tafsir”
Muhammad Amin Suma “Ulumul Qur’an“ (Rajawali Pers:Jakarta) 2013
Al-Qaththan “Ulum Al -Quran”1973




[1] Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Rajawali Pers:Jakarta), hlm 8
[2] Ibid
[3] Al-Qaththan, Ulum Al-Quran, hlm 15-16
[4] Ibid
[5] Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, hlm 9.
[6] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Quran 1, (Pustaka Setia:Bandung), hlm 17.
[7] Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, (Pustaka Setia:Bandung), hlm 14
[8] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Quran 1, hlm 18-19
[9] Ahmad bin Taimiyah, Muqaddimah fi ‘Ushul At-Tafsir, hlm 45
[10] Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran,17-24

Belum ada Komentar untuk "PENGERTIAN ULUMUL QUR’AN, RUANG LINGKUP PEMBAHASAN DAN PERKEMBANGANNYA"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel