Contoh makalah tafsir tentang akhirat

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Qur’an yang terdiri dari  30 juz itu terkandung dalam kategori ayat, sehingga dari seluruh isi Al Qur’an dapat dibagi menjadi beberapa masalah antara lain ada ayat yang menjelaskan tentang Allah SWT, ayat yang menjelaskan tentang alam semesta, ayat yang menjelaskan tentang akhirat bahkan dalam kehidupan sehari- hari pun Al Qur’an mengatur tentang tata cara bergaul dan berhubungan antar manusia itu sendiri.
Maka dari itu pemakalah akan sedikit mencoba memahami dan menelaah daripada kandungan di dalam Al Qur’an itu sendiri yaitu mengenai ayat-ayat yang berkenaan dengan akhirat. Dalam hal ini kami akan menyajikan beberapa hal yang berkenaan dengan akhirat dan ayat-ayat yang membahas tentang akhirat.

Akhirat adalah suatu alam yang hakikatnya masih ghoib namun sebagai orang yang beriman kita wajib mempercayainya. Orang yang ingkar atau tidak percaya kepada hari akhirat maka dia tergolong kafir. Maka dari hal itu perlu kita mengkaji hal-hal yang berkenaan dengan akhirat. Karena itulah tujuan akhir dari hidup kita ini.
Ada beberapa hal yang di bahas dalam makalah ini yang berhubungan dengan akhirat, seperti syafaat yang ada di akhirat, hari perhitungan amal perbuatan, tentang timbangan amal perbuatan, jembatan (shirath) yang ada di akhirat, mengenai surga dan neraka.

B. Rumusan Masalah
1.  Bagaimanakah syafaat yang ada di akhirat?
2. Apa saja yang terjadi pada saat hari perhitungan amal atau hisab?
3. Bagaimanakah mizan yang ada di akhirat?
4. Bagaimanakah keadaan orang-orang saat melewati shirath?
5. Apakah definisi surga?
6. Apakah definisi neraka? 



C. Tujuan
1. Menjelaskan syafaat yang ada di akhirat.
2. Mengetahui hal-hal yang terjadi pada saat hari perhitungan amal atau hisab.
3. Menjelaskan mizan yang ada di akhirat.
4. Menjelaskan keadaan orang-orang yang melewati shirath
5. Mengetahui definisi Surga.
6. Mengetahui definisi neraka.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hari penghitungan Amal
1. Setiap Makhluk  ditanya pada hari akhir
Ditunjukan dalam:
a.  Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat ke 56-57

وَيَجْعَلُونَ لِمَا لَا يَعْلَمُونَ نَصِيبًا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ تَاللَّهِ لَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَفْتَرُونَ 
Artinya:
“Dan mereka sediakan untuk berhala-berhala yang mereka tiada mengetahui (kekuasaannya), satu bahagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada mereka. Demi Allah, sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu ada-adakan.” (16: 56)
وَيَجْعَلُونَ لِلَّهِ الْبَنَاتِ سُبْحَانَهُ وَلَهُمْ مَا يَشْتَهُونَ 
“Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak-anak laki-laki)”. (16: 57)

Kedua ayat tersebut menyinggung keyakinan dan perbuatan khurafat serta perilaku tidak layak orang-orang Musyrik. Kaum Musyrik menyisakan sebagian dari kenikmatannya untuk berhala.
Pada saat yang sama, mereka harus mempertanggungjawabkan  tindakannya ini. Lantas atas dasar hak yang mana mereka melakukan hal tersebut dan menggunakan kenikmatan ilahi di jalan syirik? 
Kelanjutan ayat tersebut menjelaskan bahwa kaum Musyrik menduga para malaikat sebagai anak-anak Tuhan. Berdasarkan keyakinan ini, mereka mempunyai tiga penyimpangan mendasar. Pertama, mereka menyatakan bahwa Tuhan mempunyai anak. Padahal Tuhan tidak mempunyai anak. Kedua, mereka mengganggap para malaikat sebagai anak-anak perempuan Tuhan. Padahal tidak ada laki-laki dan perempuan di kalangan malaikat. Ketiga, orang-orang Musyrik menyebut perempuan sebagai hal yang hina. Bahkan mereka mengubur anak perempuan secara hidup-hidup. Dengan kondisi seperti ini, mereka mengaitkan hal tersebut dengan Tuhan.
Semua itu adalah kebohongan semata. Untuk itu, kaum Musyrik harus mempertanggungjawabkan sikap mereka. Dapat dipastikan bahwa mereka tak dapat menjawab hal itu.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎ 
1) Kita tidak berhak memanfaatkan nikmat ilahi untuk sesuatu yang tidak diridhai oleh Allah Swt.
2) Bergantung pada sesuatu atau pihak-pihak yang mereka sendiri tidak mengetahui apa   yang akan terjadi, dapat dikatakan sebagai bentuk khurafat.
3) Kasih sayang materi dan duniawi Allah Swt mencakup semua orang, termasuk orang-orang yang menyeleweng.

b. Al-Qur’an Surah Al Isra’ ayat 36
ﻭﻻﺗﻗﻑﻣﺎﻟﻳﺱﻟﻙﺑﻪﻋﻟﻡۗﺍﻥّﺍﻟﺳﻣﻊﻭﺍﻟﺑﺻﺭﻭﺍﻟﻓﺅﺍﺩﻛﻝّﺍﻭﻟﺋﻙﻛﺎﻥ ﻋﻧﻪﻣﺳﺋﻭﻻ     
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”(Al-Isra:36)
Penjelasan:
   "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya......."
  Maksudnya, jangan mengikuti apa yang tidak kamu ketahui dan tidak penting bagimu. Jika kita memiliki pengetahuan, maka manusia boleh menetapkan suatu hukum berdasarkan pengetahuannya.
".......Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.
  Maksudnya masing-masing dari semua itu ditanya tentang apa yang dilakukannya. Hati ditanya tentang apa yang dia pikirkan dan dia yakini. Pendengaran dan penglihatan ditanya tentang apa yang dia lihat, dan pendengaran ditanya tentang apa yang ia dengar. Semua anggota tubuh akan diminta pertanggungjawaban di hari kiamat. 
   Allah SWT melarang mengatakan sesuatu tanpa pengetahuan, bahkan melarang pula mengatakan sesuatu berdasarkan zan (dugaan) yang bersumber dari sangkaan dan ilusi.
  "Dan janganlah kamu mengikuti (Al-qafwu, maknanya adalah al-ittiba' yaitu mengikuti) apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang..."
Hikmah dari ayat ini adalah memberikan batasan-batasan hukuman, karena banyak kerusakan yang disebabkan oleh perkataan yang tanpa dasar. Janganlah kamu mengikuti perkataan dan perbuatan yang tidak kamu ketahui ilmunya, dan janganlah kamu mengucapkan aku melihat ini padahal aku mendengar ini padahal kamu tidak mendengarnya. Firmannya ,"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya"
  Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui ilmunya, karena Allah Ta'ala akan menanyakan anggota badan ini pada hari Kiamat tentang apa yang telah di ucapkan oleh pemiliknya atau yang dikerjakannya maka dia akan bersaksi dengan apa yang dia ucapkan atau yang dikerjakan.
Haram berkata atau berbuat tanpa didasari oleh ilmu, karena dapat menyebabkan kerusakan. Dan Allah Ta'ala akan menanyakan seluruh anggota badan dan meminta persaksiannya pada hari Kiamat. 

2. Lembaran Catatan Amal Perbuatan
Ditunjukan dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra  Ayat ke 13-14:

وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا
Artinya:
Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. (17: 13)
اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا 
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu". (17: 14)
Ayat ini mengingatkan manusia akan Hari Kiamat. Pada hakikatnya ayat ini merupakan lanjutan dari ayat sebelumnya yang menjelaskan bahwa dunia bukan akhir perjalanan manusia, sehingga seluruh tujuannya hanya terfokuskan pada kepentingan duniawi saja. Melainkan catatan seluruh amal perbuatan akan dikalungkan di leher manusia. Di Hari Kiamat kelak, seluruh catatan amal perbuatan manusia akan terbuka dan dapat disaksikan oleh orang lain. Kelak manusia harus mempertanggung jawabkan seluruh perbuatannya. 
   Yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa catatan amal perbuatan manusia sedemikian jelas sehingga tidak diperlukan lagi hakim atau pengadilan untuk membuktikan seluruh dakwaan. Setiap manusia akan menjadi hakim untuk dirinya sendiri dan ia akan menyadari seperti apa nasibnya.
 Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
a. Amal perbuatan setiap manusia bukan hanya diperhitungkan di dunia saja melainkan juga di akhirat. Catatan tersebut akan selalu menyertainya. Kebaikan dan keburukan nasib akan ditentukan oleh amal perbuatan manusia itu sendiri.
b. Apa yang keluar dari manusia baik perilaku maupun ucapan. Akan dicatat di dunia ini dan akan disodorkan seperti rapor di Hari Kiamat kelak.
c. Kiamat adalah satu-satunya pengadilan dan  orang-orang yang bersalah tidak dapat mengingkari perbuatannya.

B. Mizan
Mizan dilihat dari segi bahasa berarti keberimbangan. Sesuatu ditimbang dengan sesuatu yang lain artinya sesuatu yang lain tersebut adalah padanannya.  Mizan berarti takaran ( miqdar) atau keadilan (‘adl).
Mizan adalah alat untuk menakar berat ringannya sesuatu. Sementara itu, dalam arti istilah keagamaan, Mizan adalah sesuatu yang dipasang oleh Allah untuk menimbang amal perbuatan manusia.  
Dalam QS. Al-Zalzalah ayat 7:
ﻓﻣﻥﻳّﻌﻣﻝﻣﺛﻗﺎﻝﺫﺭّﺓﺧﻳﺭﺍﻳّﺭﻩ
Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.” (QS. Al-Zalzalah:7)
Tafsiran dari ayat ini ialah orang muslimin beranggapan bahwa seseorang tidak akan diberi pahala atas amalanya yang kecil sedikit, sehingga jika ada seorang miskin yang meminta minta di muka pintu mereka mereka enggan memberi sebiji kurma atau sedikit makanan yang ia punya. Mereka menganggap bahwa Allah hanya akan memberi pahala pada barang yang ia sayangi dan berjumlah besar. 
Maka ayat ini allah menggemarkan mereka untuk beramal meskipun kecil sedikit dari kebaikan yang mungkin kelak menjadi besar dan banyak, demikian pula mengancam dari perbuatan kejahatan yang kecil sedikit kemungkinan tertumpuk sehingga menjadi banyak dan besar.
Maka siapa yang berbuat sebesar zarrah dari kebaikan akan melihat pahal dan hasilnya, demikian pula siapa yang berbuat seberat zarrah kejahatan akan melihat dan menghadapi tuntutan dan hukumannya. 

C. Syafa’at
1. Yang memiliki syafa’at pada hari kiamat
a. Syafa’at hanya milik Allah semata

ﻗﻝﻟّﻟّﻪﺍﻟﺷّﻓﺎﻋﺔﺟﻣﻳﻌﺎۗﻟﻪﻣﻠﻙﺍﻟﺳّﻣﻭﺕﻭﺍﻻﺭﺽۗﺛﻡّﺍﻟﻳﻪﺗﺭﺟﻌﻭﻥ

Artinya: “Katakanlah: "Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan".(QS. Az-Zumar:44)

Dalam ayat dijelaskan bahwa Allah mencela orang-orang musyrik sebab mereka telah mengambil para penolong selain Allah, yaitu penolong yang diserupakan dengan berhala atas dasar seleranya sendiri, tanpa dalil dan argumen dalam penetapannya itu. Kemudian Allah berfirman, “Katakanlah,  hai Muhammad dan apakah kamu mengambilnya juga meskipun mereka yang disembah itu, bahkan mereka sendiri tidak memiliki sesuatu pun dan tidak berakal?” maksudnya mereka tidak memiliki pendengaran, penglihatan dan akal. “Katakanlah, hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya.” Yaitu bahwa syafa’at itu tidak akan mendatangkan manfaat di sisi Allah kecuali bagi orang telah diridhai dan diizinkan-Nya.  Maka semua keputusan itu kembali kepada-Nya. “Tiada yang dapat memberi syafaat disisi Allah tanpa izin-nya”.  “Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi”. Maksudnya, Dialah yang mengatur pada keduanya itu. “Kemudian kepada-nya lah kamu dikembalikan” maksudnya yaitu Dia akan menghakimi kalian dihari kiamat nanti dengan keadilan-Nya dan memberikan balasan kepada masing-masing sesuai dengan amalnya.  
D. Shirat (Jembatan)
1. Menyeberangi Jembatan

ﻭﺍﻦ ﻣّﻧﻛﻡ ﺍﻻّﻭﺍﺭﺩﻫﺎۚ ﻜﺎﻦ ﻋﻟﻰ ﺭﺑّﻙ ﺣﺗﻣﺎ ﻣّﻗﺿﻳّﺎ (ﻣﺭﻳﻢ:۷۱)

“Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah ketentuan yang sudah ditetapkan.” (QS Maryam:71).

Kata al-wurud berarti al-murur (melintasi atau melewati). As-Suddy meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa seluruh manusia pasti mendatangi ash-Shirath (jembatan) dan berdiri di sekitar neraka.  Hal ini sudah menjadi ketetapan Nya yang tidak dapat dirubah lagi dan harus terlaksana. Kemudian mereka menyeberangi shirath itu dengan membawa amal perbuatan mereka. Di antara mereka ada yang melaluinya seperti kilat, ada yang melaluinya seperti angin, ada yang melaluinya seperti burung, ada yang melaluinya seperti derap kuda, ada yang melaluinya seperti langkah unta, dan ada pula yang melaluinya secepat larinya manusia.

2. Keadaan Orang Mukmin saat Menyeberang

ﺛﻢّﻧﻨﺟّﻰ ۱ﻟّﺫﻳﻥ ۱ﺗّﻗﻭ۱ﻭّﻧﺫﺭ۱ﻟﻆّﻟﻣﻴﻥ ﻓﻴﻬﺎ ﺟﺛﻳّﺎ {ﻣﺭﻴﻡ:٧٢}

Kemudian Kami akan menyelamatkan orang"    –orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang  zalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut." (QS Maryam:72).
Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia dikala itu melepaskan orang-orang yang bertakwa dari siksaan neraka dan membiarkan orang-orang kafir jatuh ke dalamnya dalam keadaan berlutut. Allah menerangkan bahwa yang dilepaskan dari siksaan neraka itu ialah orang-orang yang bertakwa bukan orang-orang yang beriman saja, karena banyak di antara orang-orang yang beriman melanggar perintah-perintah Allah dan mengerjakan larangannya.  
Apabila dosanya lebih banyak dari amal kebaikannya maka ia akan disiksa terlebih dahulu dalam neraka sesuai dengan dosa yang diperbuatnya kemudian barulah dikeluarkan dari neraka setelah menerima siksaan yang sepadan dengan dosanya, lalu dimasukkan ke surga. Adapun orang-orang yang amal kebaikannya lebih banyak dari dosanya, maka dia dimasukkan ke dalam surga setelah dosa-dosanya itu diampuni oleh Allah dengan rahmat dan kasih sayang Nya. 

E. Surga
1. Nama-Nama Surga
Surga adalah tempat mulia yang Allah siapkan untuk orang-orang mukmin. Ia mempunyai sejumlah nama. Berikut ini sebagian namanya:
a.  Jannah, adalah nama Surga yang paling masyhur. Dijelaskan dalam QS al Hasyr:20;

ﻻﻳﺳﺗﻭﻱﺍﺻﺣﺏﺍﻟﻧّﺎﺭﻭﺍﺻﺣﺏﺍﻟﺟﻧّﺔۗﺍﺻﺣﺏﺍﻟﺟﻧّﺔﻫﻡﺍﻟﻓﺂﺋﺯﻭﻥ
Artinya: “Tidaklah sama antara para penghuni neraka dengan para penghuni surga (jannah); para penghuni surga itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan” (QS al Hasyr:20).

        Secara kebahasaan, jannah berarti setiap kebun yang dipenuhi pepohonan hijau hingga tanahnya tidak tampak karena tertutup pepohonan tersebut. Ada sejumlah nama yang digandengkan dengan nama jannah ini, salah satunya yang diterangkan dalam QS Al-Furqan ayat 15, yang berbunyi:

ﻗﻝﺍﺫﻟﻙﺧﻳﺭﺍﻡﺟﻧّﺔﺍﻟﺧﻟﺩﺍﻟّﺗﻲﻭﻋﺩﺍﻟﻣﺗّﻗﻭﻥۗﻛﺎﻧﺖﻟﻬﻡﺟﺯﺁﺀﻭّﻣﺻﻳﺭﺍ
Artinya:
Katakanlah: "Apa (azab) yang demikian itukah yang baik, atau surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa?" Dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka ?" (QS Al Furqan:15).

      Dari ayat di atas Surga dapat di sebut Jannah al Khuldi (Surga yang kekal). Dinamakan demikian karena penghuninya kekal di dalamnya.
b. Dar al-Salam
Dijelaskan dalam QS Yunus: 25;

ﻭﺍﻟﻟّﻪﻳﺩﻋﻭﺍﺍﻟﻰﺩﺍﺭﺍﻟﺳّﻟﻡۚﻭﻳﻬﺩﻱ ﻣﻥﻳّﺷﺂﺀﺍﻟﻰﺻﺭﺍﻃ ﻣّﺳﺗﻗﻳﻡ

Artinya: “Dan Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan memberikan petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam).” (QS Yunus :25).

Surga dinamakan Dar al-Salam, yakni tempat yang aman dari berbagai petaka, dinamakan rumah keselamatan atau kesejahteraan karena beberapa hal: 
1) Karena surga selamat (terbebas) dari setiap kotoran dan kerusakan, serta dari setiap bencana, malapetaka dan sesuatu yang dibenci. Makna ini diambil dari kata salam, yaitu selamat atau terbebas.
2) Karena perkataan penghuninya adalah salam. Seperti yang telah dijelaskan dalam surat al Waqi’ah ayat 25-26;

ﻻﻳﺳﻣﻌﻭﻥﻓﻳﻬﺎﻟﻐﻭﺍﻭّﻻﺗﺄﺛﻳﻣﺎ﴿۲۵﴾ﺍﻻّﻗﻳﻼﺳﻟﻣﺎﺳﻟﻣﺎ﴿٢٦﴾
Artinya 
"Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia maupun yang menimbulkan dosa. Tetapi mereka mendengar ucapan salam.” (QS Al-Waqi’ah: 25-26).

 Dari ayat di atas dapat diartikan mereka tak akan berdusta, mengucapkan kata-kata kotor dan keji. Dan bahkan, mereka tak akan mendengar semuanya itu.
c. Dar al-Muttaqin
ﻭﻗﻳﻝﻟﻟّّﺫﻳﻥﺍﺗّﻗﻭﺍﻣﺎﺫﺁﺍﻧﺯﻝﺭﺑّﻛﻡۗﻗﺎﻟﻭﺍﺧﻴﺭﺍۚﻟﻟّﺫﻴﻥﺍﺣﺳﻧﻭﺍﻓﻲ
ﻫﺫﻩﺍﻟﺩﻧﻳﺎﺣﺳﻧﺔۗﻭﻟﺩﺍﺭﺍﻻﺧﺭﺓﺧﻳﺭۗﻭﻟﻧﻌﻡﺩﺍﺭﺍﻟﻣﺗّﻗﻳﻥ                                                                              Artinya 
     
“Dan kemudian dikatakan kepada orang yang bertakwa, “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Kebaikan.” Bagi orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (balasan) yang baik. Dan sesungguhnya negeri akhirat pasti lebih baik. Dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa.” (QS An Nahl: 30).
Dinamakan demikian karena surga adalah rumah bagi orang-orang yang bertakwa.
Apabila menelusuri tema ini lebih lanjut, pasti akan mendapati banyak nama-nama dari Surga.

2. Keabadian Surga
Keabadian Surga ditunjukkan oleh beberapa ayat Al Qur’an.
Pertama, dalam QS Al Hijr:48;

ﻻﻳﻣﺳّﻬﻡﻓﻳﻬﺎﻧﺻﺐﻭّﻣﺎﻫﻡﻣّﻧﻬﺎﺑﻣﺧﺮﺟﻳﻥ
Artinya ;”Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka tidak akan dikeluarkan darinya.” (QS Al Hijr:48)

Telah dijelaskan bahwa penduduk Surga itu tidak pernah merasa letih dan lelah, karena mereka tidak dibebani lagi oleh usaha-usaha untuk melengkapi keperluan pokok yang mereka perlukan, setiap sesuatu yang mereka inginkan telah tersedia dan tinggal memakai dan memanfaatkannya saja.  Mereka akan kekal di dalamnya dan akan terus merasakan kenikmatan dan kesenangan.
Kedua, terdapat dalam QS ad-Dukhan:56, yang berbunyi;
 ﻻﻳﺫﻭﻗﻭﻥﻓﻳﻬﺎﺍﻟﻣﻭﺕﺍﻻّﺍﻟﻣﻭﺗﺔﺍﻻﻭﻟﻰۚﻭﻭﻗﻬﻡﻋﺫﺍﺏﺍﻟﺟﺤﻴﻡ
Artinya:”Mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya, selain kematian pertama (di dunia). Allah melindungi mereka dari azab neraka.” (QS ad-Dukhan:56).

Dalam ayat di atas Allah menjelaskan kenikmatan lain yang dianugerahkan-Nya di dalam surga, yaitu mereka tidak akan merasakan mati seperti yang mereka rasakan di dunia. Mereka akan hidup kekal di Surga. Hal ini berarti bahwa penghuni surga itu tetap dalam keadaan sehal wal afiat jasmani maupun rohaninya. Penghuni surga tak akan dikeluarkan darinya dan tak akan mati untuk selamanya. Ini menguatkan keabadian surga
Seperti yang terdapat dalam hadist Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang menggambarkam keadaan penghuni-penghuni surga, yaitu yang berbunyi: 

ﻳﻧﺎﺪﻱﻣﻧﺎﺪﺇﻥّﻟﻛﻡﺃﻥﺗﺼﺣّﻮﺍﻓﻼﺗﺳﻗﻤﻮﺍﺃﺑﺪﺍﻮﺇﻥّﻟﻛﻡﺃﻥﺗﺣﻳﻭﺍﻓﻼﺗﻣﻭﺗﻭﺍﺃﺑﺩﺍﻭﺇﻥّﻟﻛﻡﺃﻥﺗﺷﺑّﻭﺍﻓﻼﺗﻬﺭﻣﻭﺍﺃﺑﺩﺍﻭﺇﻥّﻟﻜﻢﺃﻥﺗﻧﻌﻣﻭﺍﻓﻼﺗﺑﺗﺋﺴﻮﺃﺑﺩ﴿ﺭﻭﺍﻣﺴﻟﻡ﴾
Artinya
“Seorang penyeru menyerukan.”Sesungguhnya kamu akan selalu sehat, karena itu kamu tidak akan menderita sakit selama-lamanya; sesungguhnya kamu akan tetap hidup dan tidak akan mati selama-lamanya, dan sesungguhnya kamu akan tetap muda dan tidak akan pernah mengalami masa tua selama-lamanya dan sesungguhnya kamu akan merasa nikmat dan tidak akan menderita selama-lamanya.” (HR Muslim).

F. Neraka
1. Nama-Nama Neraka
Neraka adalah tempat yang Allah siapkan untuk orang-orang kafir. Al Qur’an menyebut sejumlah nama neraka. Yang pertama dan paling terkenal adalah al-nar. Berikut ini akan kami sebutkan sejumlah nama lain:
a. Saqar 
ﻳﻮﻡﻳﺴﺣﺑﻭﻥﻓﻰﺍﻟﻧّﺎﺭﻋﻟﻰﻭﺟﻭﻫﻬﻡۗﺫﻭﻗﻭﺍﻣﺱّﺳﻗﺭ
Artinya: “Pada hari mereka diseret ke neraka pada wajahnya. (Dikatakan kepada mereka), “Rasakanlah sentuhan api neraka (saqar).” (QS Al-Qamar:48)

Neraka dinamakan saqar karena dasarnya yang sangat dalam atau karena panasnya yang sangat membakar.
b. Jahanam 
ﺍﻦّﺟﻬﻧّﻡﻛﺎﻧﺖﻣﺭﺻﺎﺩﺍ
Artinya:” Sungguh, (neraka) jahanam itu (sebagai) tempat mengintai (bagi penjaga yang mengawasi isi neraka.” (QS al-Naba’: 21).
Sebagian pakar bahasa menyatakan bahwa kata jahannam berasal dari bahasa Arab. Hanya saja, mereka berbeda pendapat mengenai akar katanya. Ada yang mengatakan kata jahannam berasal dari kata jahnam, yaitu sumur yang sangat dalam. Ada juga yang berpendapat, kata jahannam berasal dari kata al-juhmah, yaitu awal berakhirnya waktu malam. Ada pula yang menyatakan kata jahannam berarti waktu antara awal malam dan seperempatnya.
Neraka dinamakan jahannam karena dasarnya yang sangat dalam atau keadaannya yang sangat gelap dan hitam. Kedua alasan tersebut sama benar.
c. Sa’ir 
ﺑﻝﻛﺫّﺑﻭﺍﺑﺎﻟﺳّﺎﻋﺔۙﻭﺍﻋﺗﺩﻧﺎﻟﻣﻦﻛﺫّﺏﺑﺎﻟﺳّﺎﻋﺔﺴﻌﻳﺭﺍ
Artinya:” Bahkan mereka mendustakan hari Kiamat. Dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari Kiamat.” (QS Al Furqan:11).

Ibnu Faris mengatakan, “Sin, ‘ayn dan ra’ merupakan satu akar kata yang bermakna menyala dan sesuatu yang berkobar.” Sa’ara al nar wa al harb, artinya menyalakan atau mengobarkan api atau perang. Nar Sa’ir berarti api yang berkobar atau menyala-nyala.

2. Keabadian Neraka
Keabadian neraka juga ditunjukkan secara gamblang oleh Al Qur’an. Di antaranya adalah:
ﺍﻥّﺍﻟﻣﺟﺭﻣﻳﻥﻓﻲﻋﺫﺍﺏﺟﻬﻧّﻡﺧﻟﺩﻭﻥ                                
Artinya: “Sungguh, orang-orang yang berdosa itu itu kekal di dalam azab neraka Jahannam.” (QS Az Zukhruf:74).
Ayat di atas menerangkan bahwa orang-orang yang mengingkari Allah di dunia, mengerjakan larangan dan mengingkari perintah-perintah Allah, mereka akan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam, sebagai balasan kekafiran mereka, mereka kekal di dalamnya dan tidak dapat keluar walaupun sesaat. 
ﻣﺛﻝﺍﻟﺟﻧّﺔﺍﻟّﺗﻲﻭﻋﺪﺍﻟﻣﺗّﻗﻭﻥۗﻓﻳﻬﺂﺍﻧﻬﺭﻣّﻥﻣّﺂﺀﻏﻳﺭﺍﺳﻥۚﻭﺍﻧﻬﺭﻣّﻥ ﻟّﺑﻥﻟّﻡﻳﺗﻐﻳّﺭﻃﻌﻣﻪۚﻭﺍﻧﻬﺭﻣّﻥﺧﻣﺭﻟّﺫّﺓﻟّﺷّﺭﺑﻴﻥۚﻭﺍﻧﻬﺭﻣّﻥﻋﺴﻝﻣّﺴﻓّﻰۗ ﻭﻟﻬﻡﻓﻳﻬﺎﻝﻥﻛﻝّﺍﻟﻮّﻤﺭﺕﻭﻣﻐﻓﺭﺓﻣّﻥﺭّّﺑّﻬﻡۗﻛﻣﻥﻫﻮﺧﺎﻟﺪﻓﻰﺍﻟﻧّﺎﺭ ﻮﺳﻗﻭﺍﻣﺂﺀﺣﻣﻳﻣﺎﻓﻗﻃّﻊﺍﻣﻌﺂﺀﻫﻡ
Artinya “(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” .(QS Muhammad:15).

Tidak sama ganjaran yang akan diperoleh orang beriman di akhirat dengan ganjaran yang akan diperoleh orang yang tidak beriman. Orang-orang yang hidup di neraka, mereka meminum air yang sangat panas yang menghancurkan usus mereka dan api neraka yang membakar hangus muka mereka dan mereka kekal di dalamnya.

             BAB III
              PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Saat berada di akhirat, adalah saat dimana manusia mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Saat itu adalah saat dimana tidak ada yang dapat membantu kita selain syafaat dari Allah, karena hanya Allah lah yang berhak memberikan syafaat.
2. Setiap manusia pasti akan mempertanggungjawabkan perbuatannya yaitu pada saat yaumul hisab atau hari perhitungan amal. Seluruh amal perbuatan manusia akan di hitung, apakah mereka termasuk orang-orang yang bertakwa atau orang-orang yang kufur.
3. Setiap amal mereka di timbang dengan timbangan Allah (Mizan), yang mana merupakan timbangan yang menimbang dengan seadil-adilnya, tidak akan ada satu kebaikan sekecil apapun yang tidak terhitung begitupun juga dengan keburukan sekecil apapun pasti juga akan di adili.
4. Setelah manusia di hisab dan di timbang amal perbuatannya, mereka akan melintasi jembatan (Shirath) yang berada di atas neraka. Mereka menyeberangi shirath itu dengan membawa amal perbuatan mereka. Di antara mereka ada yang melaluinya seperti kilat, ada yang melaluinya seperti angin, dan ada pula yang melaluinya secepat larinya manusia. Shirath inilah jalan yang menentukan apakah seseorang masuk Surga atau Neraka.
5. Surga adalah tempat mulia yang Allah siapkan untuk orang-orang mukmin. Surga memiliki banyak nama, seperti Jannah, Dar al-Salam, Dar al-Muttaqin dan masih banyak lagi. Surga beserta orang-orang yang ada di dalamnya bersifat kekal, tidak akan pernah bisa mati dan akan selalu bahagia selama-lamanya.
6. Neraka adalah tempat yang Allah siapkan untuk orang-orang kafir. Neraka memiliki beberapa nama, seperti Saqar, Jahannam, Sa’ir dan lainnya. Dan orang-orang yang menyekutukan Allah pun akan kekal di dalam neraka.
                                 Daftar Pustaka

Al Qur’anul Kariim
Al-Kaaf Zakiy, Abdullah Habib.  Manusia, Alam Roh dan Alam Akhirat. Bandung: Pustaka Setia, 2005.Al-Maraghiy, M Ahmad. Tafsir Maraghiy. Terj. Hery Noer Aly, et. al. Semarang: Tohaputra, 1987.
Al-Muthairi, M Abdul. Buku Pintar Hari Akhir. Jakarta: Zaman, 2012.
Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid VI. Semarang: PT. Citra Effhar, 1993.
Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid V. Semarang: PT. Citra Effhar, 1993.
Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid IX. Jakarta: Lentera Abadi, 2010.
Syihabuddin. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid IV. Jakarta: Gema Insani Press, 2000.

Belum ada Komentar untuk "Contoh makalah tafsir tentang akhirat"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel