Contoh makalah PENCIPTAAN MANUSIA DALAM KONDISI YANG SEBAIK-BAIKNYA

PENCIPTAAN MANUSIA
 DALAM KONDISI YANG SEBAIK-BAIKNYA
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir:
Dosen :
Bapak Mohammad Zainal arifin,M.HI.

KELOMPOK 4
1. Kholisatin Naimah (933400614)
2. Amnahul Jaziroh (933401714)
3. Wahyu Noverahela (933400414)
4. Cahyaning Firdaus  (933412914)

JURUSAN USHULUDDIN DAN ILMU SOSIAL
PRODI PSIKOLOGI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
TAHUN AJARAN 2014/2015


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Surah at-tin terdiri dari 8 ayat, termasuk kelompok surah Makkiyyah yang diturunkan setelah surat al-Buruj. Nama at-tin di ambil dari kata at-tin yang terdapat pada ayat pertama surah ini yang artinya “buah tin”. Dalam surah At-tin diterangkan bahwa manusia itu merupakan makhluk Allah yang mempunyai kesanggupan baik lahir maupun batin.
Manusia merupakan makhluk yang terbaik secara jasmani dan rohani, tetapi mereka akan dijadikan orang yang amat rendah jika tidak beriman dan beramal shaleh. Dalam ayat ini Allah juga menerangkan tentang keadaan manusia, sampai akhir perhentian urusannya dan balasan apa yang disediakan oleh Allah swt untuk orang yang beriman kepada-Nya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penulisan surat At-Tin beserta artinya ?
2. Apakah yang dimaksud dengan penciptaan manusia dalam kondisi yang sebaik-baiknya dalam surat At-tin?
3. Bagaimanakah penafsiran surat At-Tin ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Penulisan surat At-Tin beserta artinya

بسم الله الرحمن الرحيم
  [1]وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِ
[2] وَطُوْرِسِيْنِيْنَ
[3] وَهَذَاْالبَلَدِاْلاًمِيْنِ
[4] لَقَدْخَلَقْنَاالْاِنْسَنَ فِى اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ
[5]  ثُمَّرَدَدْنَهُ اَسْفَلَسَفِلِيْنَ
[6]اِلَّااَّلذِيْنَ اَمَنُوْاوَعَمِلُصَّلِحَتِ فَلَهُمْ اَجْرٌغَيْرِمَمْنُوْنٍ

Artinya :
1) Demi Tin dan Zaitun.
2) Demi gunung Sinai.
3) Dan demi negeri (Mekah) yang aman ini.
4) Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
5) Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat  yang serendah-rendahnya.
6) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan, maka mereka akan mendapatkan pahala yang tidak ada putus-putusnya.

B. Penciptaan manusia dengan sebaik-baiknya dalam surat At-Tin ayat 1-6
Allah telah menciptakan manusia dalam kondisi yang sebaik-baiknya. Yakni dalam bentuk yang paling serasi dan memiliki kepribadian yang paling sempurna. Allah menciptakan manusia dengan fitrah yang sebaik-baiknya. Dalam hal ini yang menjadi tolok ukur adalah iman dan perbuatan yang baik itu. Hal itu karena iman berarti mengakui adanya Allah dan nila-nilai yang diajarkan-Nya. Pengakuan itu akan menjadi jalan hidup atau akidahnya, dank arena telah menjadi akidahnya, maka nilai-nilai itu akan dilaksanakannya dengan sepenuh hatinya. Karena nilai-nilai yang diajarkan Allah seluruhnya baik, maka manusia yang melaksanakannya akan menjadi manusia yang baik pula. Semakin tinggi akidah seseorang semaki baik perbuatannya, sehingga ia akan menjadi manusia terbaik dan termulia.
 Manusia yang memiliki sikap hidup yang didasarkan atas iman dan perbuatan baik itu akan memperoleh balasan dari Allah tanpa putus-putusnya. Iman dan perbuatan baiknya itu akan berubah di dunia, berupa kesentosaan hidup baginya dan bagi masyarakatnya, dan kebahagiaan hidup di akhirat didalam surga.

C. Penafsiran surah At-Tin ayat 1-6

   [1]وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِ
1. Demi Tin dan Zaitun.
Yang dimaksud dengan Tin (التين) dan Zaitun (الزيتون) menurut sebagian musafir ialah tempat tinggal Nabi Nuh a.s yaitu Damaskus yang  banyak pohon tin dan di Baitul Maqdis yang  banyak tumbuh pohon zaitun. Allah Swt bersumpah dengan kedua pohon itu karena banyaknya manfaat pada pohon dan buahnya, dan karena biasa tumbuh dinegeri Syam negri tempat kenabian Isa putra Maryam a.s.
Dalam kitab yang lain juga di jelaskan bahwa :
اي الماكولين ىوجبلين بلشام ينبتان الما كولين
(Demi Tin dan Zaitun) keduanya adalah nama buah, atau dapat juga keduanya diartikan nama dua buah gunung yang menumbuhkan kedua buah tersebut.

   [2] وَطُوْرِسِيْنِيْنَ
2. Demi gunung Sinai.
Bukit sinai adalah tempat Musa a.s. di ajak bicara oleh Allah s.w.t penerima wahyu darinya. Sinin (سينين) artinya yang diberkahi atau indah karena pohon-pohon yang berbuah.  Pada  sumber yang lain mengatakan bahwa gunung Sinai terkenal sebagai tempat yang penting turunnya wahyu dalam sejarah agama Yahudi ketika Tuhan dikatakan menampakkan diri kepada nabi Musa.

الجبل الذي كلم الله تعالى عليه موسى ومعنى سينين المبارك أو الحسن بالأشجرالمثمرة

(Dan demi bukit Sinai) nama sebuah bukit tempat sewaktu Allah swt. berfirman kepada Nabi Musa. Arti lafal Siiniina ialah yang diberkahi atau yang baik karena memiliki banyak pohon yang menghasilkan buah.

[3] وَهَذَاْالبَلَدِاْلاًمِيْنِ

3. Dan demi negeri (Mekah) yang aman ini.
Dengan sabda yang diriwayatkan oleh Imran Muslim dari sahabat nabi,Ibnu Abbas: “Sesungguhnya kota ini telah diaharamkan (dalam ilmu) Allah sejak diciptakannya langit dan bumi,karenanya dia haram(terhormat,suci) dengan ketetapan Allah itu sampai hari Kiamat.Tidak dibenarkan bagi orang sebelumku untuk melakukan peperangan disana,tidak dibenarkan bagiku kecuali beberapa saat pada waktu siang hari. . .”
Walaupun kota Makkah adalah kota yang gersang tetapi disana terdapat bermacam-macam buah-buahan tidak mengenal musim.

مكة لأمن الناس فيها جا هلية واسلاما

 (Dan demi kota ini yang aman) yaitu kota Mekah, dinamakan kota aman karena orang-orang yang tinggal di dalamnya merasa aman, baik pada zaman jahiliah maupun di zaman Islam.



[4] لَقَدْخَلَقْنَاالْاِنْسَنَ فِى اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ

4. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Kata khalaqna (خَلَقْنَا )yang artinya “telah kami ciptakan” mengisyaratkan keterlibatan selain Allah dalam penciptaan manusia. Kata al-insan( ألآِنْسَانُ)  “manusia” yang dimaksud adalah manusia secara umum,mencangkup siapa saja. Kata taqwim (تَقْوِيمٍ  اَحْسَنِ)  adalah menggambarkan keseluruhan kesempurnaan sesuatu sesuai dengan objeknya .Kata aqimu yang digunakan untuk perintah melaksanakan perintah sholat,berati bahwa sholat harus dilaksanakan dengan sempurna sesuai dengan syarat,rukun dan sunah-sunahnya. Kata taqwim  تَقْوِيْمٌ )) diartikan ”menjadikan sesuatu memiliki qiwan bentuk fisik yang pas dengan fungsinya” dalam ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya  dibanding denggan binatang,yaitu yang memiliki akal,pemahaman dan bentuk fisiknya yang tegak dan lurus. Jadi bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya menyebabkan manusia dapat melaksanakan fungsinya sebaik mungkin. Dalam kitab versi arab juga di jelasakan sebagai berikut :

الجنس تعديل لصورتتته

Yang artinya: (Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia) artinya semua manusia (dalam bentuk yang sebaik-baiknya) artinya baik bentuk atau pun penampilannya amatlah baik.

[5]  ثُمَّرَدَدْنَهُ اَسْفَلَسَفِلِيْنَ

5. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat  yang serendah-rendahnya.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa manusia dapat turun derajadnya ke titik yang paling rendah. Yang mana lebih rendah dari binatang yang tadinya berada dalam tingkat yang lebih rendah dari manusia tersebut. Hal ini terjadi karena mereka telah menukar perbuatan baik dengan perbuatan rusak, menerjunkan diri dalam kesesatan, melupakan fitrah sucinya dan kembali pada alam kewaniyahnya. Manusia dengan mengabaikan akalnya, dan dengan kebodohannya tentang apa yang seharusnya ia lakukan demi untuk mencapai kebahagiannya dan kebahagiaan manusia-manusia yang lain, hal inilah yang  akan menjadikan dirinya lebih rendah dari makhluk hidup selainnya.

في بعض أفرادهكناية عن لهرم والضعف فينقص عمل المؤمن عن زمن الشباب ويكون له آجره بقوله تعالى

(Kemudian Kami kembalikan dia) maksudnya sebagian di antara mereka (ke tempat yang serendah-rendahnya) ungkapan ini merupakan kata kiasan bagi masa tua, karena jika usia telah lanjut kekuatan pun sudah mulai melemah dan pikun. Dengan demikian ia akan berkurang dalam beramal, berbeda dengan sewaktu masih muda; sekalipun demikian dalam hal mendapat pahala ia akan mendapat imbalan yang sama sebagaimana sewaktu ia beramal di kala masih muda,
[6]اِلَّااَّلذِيْنَ اَمَنُوْاوَعَمِلُصَّلِحَتِ فَلَهُمْ اَجْرٌغَيْرِمَمْنُوْنٍ

6. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan, maka mereka akan mendapatkan pahala yang tidak ada putus-putusnya.
Di sini Allah mengecualikan orang-orang yang beriman kepada-Nya, yang mempercayai bahwa Allah lah Sang pencipta alam semesta. Dan bahwa Dialah yang akan memberikan ganjaran kebahagiaan kepada siapa saja yang menegakkan syari’at dengan melakukan kebaikan dan menjauhkan diri dari kejahatan.  Orang-orang yang dimaksud dalam ayat ini adalah para  Nabi beserta para pengikut mereka dan orang yang memperoleh hidayah dari Allah. Dengan merekalah Allah memuliakan jenis manusia dan dengan mereka pulalah Allah Swt. Menjaga derajat mereka yang tinggi diantara seluruh alam ciptaan-Nya.
Dalam kitab Tafsir jalalain di jelaskan:

اي لكن مقطوع وفى الحديث إذا بلغ المؤمن منالكبر ما يعجزه عن العمل كتب له ما كان يعمل

(Kecuali) melainkan (orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya) atau pahala yang tak pernah terputus. Di dalam sebuah hadis telah disebutkan, bahwa apabila orang mukmin mencapai usia tua hingga ia tidak mampu lagi untuk mengerjakan amal kebaikan, maka dituliskan baginya pahala amal kebaikan yang biasa ia kerjakan di masa mudanya dahulu.




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Allah bersumpah dengan buah-buahan atau tempat-tempat yang besar artinya untuk menekankan pada manusia bahwa manusia juga telah diciptakan dengan kondisi fisik dan psikis yang paling baik dan sempurna dan memiliki potensi yang besar untuk memberikan manfaat pada alam.
2. Kondisi fisik dan psikis yang sempurna beserta potensinya perlu ditumbuh kembangkan supaya dapat memberikan manfaat pada alam dengan demikianlah ia akan menjadi makhluk yang termulia.
3. Manusia yang paling sempurna bisa berubah menjadi manusia yang rusak apabila tidak diberi agama dan pendidikan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Syekh Ahmad Musthafa. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Yogyakart: Sumber Ilmu, 1986.
Percetakan Ikrar mandiri. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Lentera Abadi, 2010.
Shihab, Quraisy. Tafsir Juz Amma Muhammad Abduh. Bandung: Mizan, 2001.
Katsir, Ibnu.Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir jilid 8. Terj. Salim Bahreisy & Said Bahreisy. Surabaya: PT. Bina Ilmu,
Dahlan, Zaini. Tafsir Al-Quran juz 30. Yogyakarta: Sukses Offset, 2007.
Jalalain, imam. Kitab Tafsir Jalalain.
Ansori. Tafsir Al Asraar. Yogyakarta: Daarut Tajdiid, 2012.

Belum ada Komentar untuk "Contoh makalah PENCIPTAAN MANUSIA DALAM KONDISI YANG SEBAIK-BAIKNYA"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel