Contoh Makalah MANUSIA MENURUT ISLAM

PEMBAHASAN
MANUSIA MENURUT ISLAM
A.  Pengertian dan Hakikat Manusia Menurut Islam
1.  Pengertian
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik. Para ahli telah mengkaji manusia menurut bidang studinya masing-masing, tetapi sampai sekarang para ahli masih belum mencapai kata sepakat tentang manusia. Ini terbukti dari banyaknya penamaan manusia, misalnya homo sapien (manusia berakal), homo economicus (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut economic animal (binatang ekonomi), dan sebagainya. Al- Qur’an tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok binatang (animal) selama manusia mempergunakan akalnya dan karunia tuhan lainnya. Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam. Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. 
Menurut islam, manusia dibandingkan makhluk lain, mempunyai berbagai ciri, anttara lain ciri utamanya adalah:
  1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan tuhan yang paling sempurna.
  2. Manusia memliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan) beriman kepada Allah.
  3. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepadanya.
  4. Manusia diciptakan tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi.
  5. Disamping akal, manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau kehendak.
  6. Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
  7. Berakhlak.

Setalah menguraikan rumusan tentang manusia diatas kini kita catat pula asal-usulnya. 
Manusia berasal dar tanah dan air. Yang dimaksud adalah air mani yang berasal dari saripati makanan yang tumbuh diatas tanah. Selain dari air yang berasal dari sripati tanah, komponen pembentukan manusia adalah Ruh (ciptaan) Allah. Tentang Ruh (Ciptaan-Nya) yang di tiupkan kedalam rahim wanita yang mengandung embrio yang terbentuk dari saripati (Zat) tanah itu, hanya sedikit pengetauan manusia, sedikit juga keterangan tentang makhluk gaib itu diberikan tuhan dalam Al-Qur’an.

Al-Qur’an tidak memberikan penjelasan tentang sifat Ruh. Tidak pula ada larangan didalam Al-Qur’an untuk menyelidiki ruh yang gaib itu, sebab penyelidikan tentang ruh, mungkin berguna, mungkin pula, tidak berguna. Dalam huubungan dengan masalah ruh ini tuhan berfirman dalam surat al-isra (17): 85.

وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلرُّوحِ قُلِ ٱلرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّى وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
Artinya:
Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit."
Dari uraian singkat mengenai asala manusia itu dapatlah diketahui bahwa manusia, menurut agama islam, terdiri dari dua unsur yaitu unsur materi dan unsur immateri. Unsure materi adalah tubuh yang berasal air dan tanah. Unsure imateri adalah ruh yang berasal dari alam gaib. Proses kejadian manusia itu secara jelas disebutkan dalam Al-Qur’an (dan al-Hadis) yang telah dibuktikan kebenarannya secara ilmiah oleh Maurice bucaille dalam bukunya Bibel, Qur’an, sain modern terjemahan H.M. Rasjidi (1978). 
Al-Qur’an mengungkapkan proses kejadian manusia itu antara lain terdapat didalam surat al-Mu’minun (23) ayat 12-14.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ مِن سُلَٰلَةٍ مِّن طِينٍ ﴿١٢﴾ ثُمَّ جَعَلْنَٰهُ نُطْفَةً فِى قَرَارٍ مَّكِينٍ ﴿١٣﴾ ثُمَّ خَلَقْنَا ٱلنُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا ٱلْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا ٱلْمُضْغَةَ عِظَٰمًا فَكَسَوْنَا ٱلْعِظَٰمَ لَحْمًا ثُمَّ أَنشَأْنَٰهُ خَلْقًا ءَاخَرَ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحْسَنُ ٱلْخَٰلِقِينَ ﴿١٤﴾
Artinya:
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.
Melalui sunnahnya, nabi Muhammad menjelskan pula proses kejadian manusia, antara lain dalam hadis yang (terjemahannya) berbunyi sebagai berikut, “sesungguhnya, setiap manusia dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selam empat puluh hari sebagai nuthfah (air mani), empat puluh hari sebagai ‘alaqah (segumpal darah) selam itu pul sebagai mudhgah (segumpal daging). Kemudian Allah mengutus malaikat utnuk meniup ruh (ciptaan) Allah ke dalam tubuh (janin) manusia yang berada dalam rahim itu (H.R. Bukhari dan Muslim). 
Dari ungkapan al-qur’an dan al-hadist yang dikutip diatas, kita dapat mengetahui bahwa ketika masih berbentuk janin sampai berumur emapat bulan embrio manusia belum mempunyai ruh. Ruh itu baru ditiupkan ke dalam janin setelah berumur 4 bulan (3 x 40 hari). 

2.  Hakekat
Selama berabad-abad telah berlangsung manusia berusaha memahami hakekatnya, khususnya dengan mempergunakan kemampuan berfikir yang disebut filsafat.  
Teori yang telah diterima dilingkungan suatu aliran filsafat, dalam kenyataan bersamaan dngan berjalannya waktu dirasakan tidak memuaskan lagi oleh tokoh-tokoh aliran yang sama dan kemudian berusaha menyempurnakan kembali.
Jujun S. Suriasumantri mengemukakan bahwa pada tahap permulaan, filsafat senantiasa mempersoalkan siapakah manusia itu.  jika pada tahap awal filsafat senatiasa mempersoalkan masalah manusia, demikian pula halnya dengan pendidikan islam. Ia tidak akan memiliki paradigma yang sempurna tanpa menentukan sikap konseptual filosofis tentang hakikat manusia,  sebab sebagaimana juga manusia adalah bagian dari alam ini. Dalam filsafat pendidikan islam ini pada hakikatnya didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah subjek, yang sekaligus juga adalah objek pendidikan islam. 
Prinsip-prinsip yang menjadi dasar filosofis bagi pandangan pendidikan islam. Al-Syaibany dalam hal ini menyebutkan delapan prinsip sebagai berikut.
  • Manusia adalah makhluk paling mulia dialam ini. Allah telah membekalinya dengan keistimewaan-keistimewaan yang menyebabkan ia berhak menungungguli makhluk lain.
  • Kemuliaan manusia atas makhluk lain adalah karena manusia diangkat sebagai khalifah (wakil) Allah yang bertugas memakmurkan bumi atas dasar ketakwaan.
  • Manusia adalah makhluk berpikir yang menggunakan bahasa sebagai media.
  • Manusia adalah makhluk tiga dimensi seperti segitiga  sama kaki, yang terdiri dari tubuh, akal, dan ruh.
  • Pertumbuhan dan perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor keturunan dan lingkungan.
  • Manusia mempunyai motivasi dan kebutuhan.
  • Manusia sebagai individu berbeda dengan manusia lainnya karena pengaruh faktor keturunan dan lingkungan.
  • Manusia mepunyai sifat luwes dn selalu berubah melalui proses pendidikan.
  • Dengan berpegang kepada delapan prinsip ini, mudah bagi filsafat pendidikan islam untuk menentukan konsep tentang hakikat manusia. Konsepsi ini tentunya mencakup pembahasan tentang proses penciptaan manusia, tujuan hidup, kedudukan, dan tugs manusia.


B.  MANUSIA DALAM TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM 
Sejarah modernisme muncul ke permukaan ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang. Modernisme sesungguhnya telah gagal membuat hidup dan kehidupan manusia menjadi lebih bermakna. Sains dan teknologi, misalnya, tidak mampu memberikan jawaban atas persoala-persoalan yang berkaitan dengan makna (meaning). Sains dan teknologi tidak dapat menjawab darimana dan hendak kemana manusia hidup.  Muncul suatu pemikiran yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi bukanlah segala-galanya. Ia tidak dapat memberikan solusi yang sesungguhnya bagi kehidupan manusia. Munculnya pemikiran semacam ini, menurut Azyumardi Azra, merupakan bukti dari kegagalan modernisme.  
Islam telah menawarkan sebuah solusi. Dalam pandangan islam, problem solving yang paling mendasar bagi persoalan-persoalan yang dihadapi manusia modern adalah masalah pendidikan. Segala persoalan manusia, entah berkaitan dengan masalah material, spiritual, sosial, politik ataupun peradaban kiranya dapat diatasi dengan penyelesaian masalah pendidikan dengan sebaik-baiknya. Tulisan ini dengan telaah filosofis bermaksud mengkaji hakikat manusia, potensi yang dimiliki manusia dan bagaimana potensi itu dikembangkan berdasarkan konsep filosofis dalam pendidikan islam.

C.  PROSES PENCIPTAAN, KEDUDUKAN, TUJUAN, TANGGUNG JAWAB, DAN TUGAS MANUSIA MENURUT ISLAM.
1.  Proses penciptaan Manusia menurut Islam
Musa Asy’arie menyebutkan empat tahap proses penciptaan manusia, yaitu tahap jasad, tahap hayat, tahap ruh, dan tahap nafs.  Berikut penjelasan keempat tahapan ini.
a.  Tahap jasad
Al-Qur’an menjelaskan bahwa permulaan penciptaan manusia adalah dari tanah (turab), yaitu tanah berdebu. Al-Qur’an terkadang menyebut tanah ini dengan istilah tin dan terkadang juga dengan istilah salsal. Penciptaan ini bermakna simbolik, yaitu sari pati yang membentuk tumbuhan atau binatang yang kemudian menjadi bahan makanan bagi manusia. 
b.  Tahap Hayat 
Awal mula kehidupan manusia menurut Al-Qur’an adalah air aebagaimana kehidupan tumbuhan dan binatang. Maksud air kehidupan disini adalah air yang hina atau sperma. Sperma inilah yang merupakan awal mula hayat (kehidupan) seorang manusia.
c.  Tahap ruh
Yang dimaksud dengan ruh disini adalah sesuatu yang diembuskan tuhan dalam diri manusia dan kemudian menjadi bagian dari diri manusia. Tuhan juga menjadikan bagi manusia pendengaran, penglihatan, dan hati yang sebagaimana merupakan bukti bahwa yang menjadi pimpinan dalam diri manusia adalah ruh. 
d.  Tahap nafs
Kata nafs dalam Al-Qur’an mempunyai empat pengertian , yaitu nafsu, napas, jiwa, dan diri (keakuan). Al-Qur’an sering ,menggunakan kata nafs untuk pengertian diri (keakuan). Diri atau keakuan adalah kesatuan dinamik dari jasad, hayat, dan ruh.
2.  Kedudukan manusia menurut islam
Kedudukan manusia menurut Al-Qur’an adalah khalifah Allah dibumi. Banyak pengertian yang dimaksudkan Al-Qur’an dngan kata lain diantaranya adalah mereka yang datang kemudian, sesudah kamu yang dipersilahkan, silih berganti, berselisih dan pengganti. Namun demikian, pengertian khalifah dalam hal kedudukan manusia adalah pengganti. Jadi, khalifah Allah berarti pengganti Allah. Pengertian menurut Dawan Rahadjo mempunyai tiga makna, yaitu pertama, khalifah Allah itu adalah Adam. Simbol bagi seluruh manusia, dapat dikatakan bahwa manusia adalah khalifah. Kedua. khalifah Allah itu adalah suatu generasi penerus atau pengganti, yaitu bahwa kedudukan khalifah diemban secara kolektif oleh oleh suatu generasi. Ketiga, khalifah Allah itu adalah kepala Negara atau kepala pemerintahan.  
Manusia selaku khalifah Allah dibumi, menurut Hasan Lnggulung, mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut. 
a.  Manusia semenjak awal penciptaannya adalah baik secara fitrah. Ia tidak mewarisi dosa karena adam meninggalkan surge.
b.  Interaksi antara badan dan ruh menghasilkan khalifah. Karakteristik ini yang membedakan manusia dengan makhluk lain.
c.  Manusia selaku khalifah memiliki kebebasan berkehendak (free unill), suatu kebebasan yang menyebabkan manusia dapat memilih tingkah lakunya sendiri.
d.  Manusia dibekali akal yang dengan akal itu manusia mampu membuat pilihan antara yang benar dan yang salah.
3.  Tanggung jawab manusia menurut islam
kedudukan yang dipegang dan peranan yang dimainkan manusia dalam panggung kehidupannya didunia pasti berakhir dengan kematiannya.segala peranan yang dilakasanakan manusia selam hidup didunia, sekecil apapun peranan itu, akan dipertanggung jawabkannya, lalu dinilai dan diperhitungkan oleh yang maha adil.  Selanjutnya setiap peranan akan mendapat balasan. Peranan yang baik akan mendapat balasan yang baik, dan peranan yang buruk akan mendapat balsan yang buruk.
يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ فَمِنْهُمْ شَقِىٌّ وَسَعِيدٌ ﴿١٠٥﴾ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ شَقُوا۟ فَفِى ٱلنَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ ﴿١٠٦﴾ خَٰلِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ إِلَّا مَا شَآءَ رَبُّكَ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ ﴿١٠٧﴾ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ سُعِدُوا۟ فَفِى ٱلْجَنَّةِ خَٰلِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ إِلَّا مَا شَآءَ رَبُّكَ عَطَآءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ ﴿١٠٨﴾ فَلَا تَكُ فِى مِرْيَةٍ مِّمَّا يَعْبُدُ هَٰٓؤُلَآءِ مَا يَعْبُدُونَ إِلَّا كَمَا يَعْبُدُ ءَابَآؤُهُم مِّن قَبْلُ وَإِنَّا لَمُوَفُّوهُمْ نَصِيبَهُمْ غَيْرَ مَنقُوصٍ ﴿١٠٩﴾
Artinya: 
Ketika hari itu datang, tidak seorang pun yang berbicara, kecuali dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang sengsara dan ada yang berbahagia. Maka adapun orang-orang yang sengsara, maka (tempatnya) di dalam neraka, di sana mereka mengeluarkan dan menarik nafas dengan merintih, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sungguh, Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki. Dan adapun orang-orang yang berbahagia, maka (tempatnya) di dalam surga; mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tidak ada putus-putusnya. Maka janganlah engkau (Muhammad) ragu-ragu tentang apa yang mereka sembah. Mereka menyembah sebagaimana nenek moyang mereka dahulu menyembah. Kami pasti akan menyempurnakan pembalasan (terhadap) mereka tanpa dikurangi sedikit pun.
Tugas setiap manusia didalam hidup ini adalah menjalankan peranan itu dengan sempurna, dan senantiasa menambah kesempurnaannya sampai akhir hayat, hingga menjadi orang muslim yang paling mulia (akramakum), yang bertakwa dengan sebenar-benar takwa (baqqa tuqatib).
4.  Tujuan Hidup Manusia menurut islam
Beribadah kepada Allah dan menjalankan tugas-tugas kekhalifahan bukan semata tujuan hidup manusia, melainkan tujuan Allah. Menciptakan manusia, sebagai tujuan yang dikehendaki Allah. Artinya, tujuan itu datang dari sisi Allah. 
  Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Maka manusia adalah milik Allah. Sebagai yang dimiliki, manusia pada hakikatnya tidak mempunyai kehendak selain mengikuti kehendak yang milikinya, yaitu kehendak Allah. Memang Allah telah menciptakan pada diri manusia satu kebebasan dasar, yaitu kebebasan memilih; suatu kebebasan yang didasarkan atas sifat asasi manusia. Kebebasan inilah yang akan membuatnya memilih apakah akan mengikuti kehendak Allah ataukah akan mendurhakainya. (Q.s.al-kahfi/18:29)
وَقُلِ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ فَمَن شَآءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَآءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّآ أَعْتَدْنَا لِلظَّٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِن يَسْتَغِيثُوا۟ يُغَاثُوا۟ بِمَآءٍ كَٱلْمُهْلِ يَشْوِى ٱلْوُجُوهَ بِئْسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتْ مُرْتَفَقًا ﴿٢٩﴾
Artinya :
Dan katakanlah (Muhammad), "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir." Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
  Ayat ini pada sisi lain menunjukan bahwa pilihan untuk mendurhakai kehendak adalah sesungguhnya adalah pilihan untuk menganiaya diri sendiri. Dengan demikian, tujuan hidup manusia adalah mencapai keridaan Allah. Tujuan ini ditegaskan al-qur’an dalam beberapa tempat, antara lain:
(q.s. al-anba/6:162)
١٦٢:قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّـهِ رَبِّ الْعٰلَمِينَ ﴿الأنعام
Artinya:
Katakanlah, “sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,”
(Al-baqarah/2:156)
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ ﴿١٥٦﴾
Artinya: 
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ūn" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
  Manusia yang diridhai Allah inilah yang disebut al-Nafs al-Muthma’innah jiwa yang tenang, yaitu manusia yang telah mencapai kesemprnaannya dengan cahaya hati,  manusia yang masuk dalam kelompok hamba-hamba Allah dan memperolah kesenangan abadi berupa surge, manusia yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,; manusia yang digambarkan Allah dalam firman-Nya berikut:
Al-fajr/89: 27-30
يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ٱرْجِعِىٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَٱدْخُلِى فِى عِبَٰدِى ﴿٢٩﴾ وَٱدْخُلِى جَنَّتِى ﴿٣٠﴾


Artinya: 
Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Q.s.As-syu’ara/26:89)
٨٩: إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّـهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ﴿الشعراء
Artinya: 
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,

5.  Tugas Manusia
Tugas manusia dalam pandangan islam adalah memakmurkan bumi dengan jalan memanifestasikan potensi tuhan dalam dirinya. Dengan kata lain, manusia sesungguhnya diperintahkan untuk mengembangkan sifat-sifat tuhan menurut perintah dan petunjuk-Nya. Sifat-sifat tuhan ini dalam bahsa agam biasa disebut al-asma al-husna, yang berjumlah 99. Sebagai contoh, tuhan adalah maha pengasih (al-rahman) maka manusia diperintahkan untuk bersifat asih terhadap dirinys dan makhluk lain.
Satu hal yang perlu dikemukakan disini adalah bahwa sifat-sifat tuhan itu hanya dapat dimanifestasikan oleh manusia dalam bentuk dan cara yang terbatas. Sifat-sifat tuhan ini sebagai suatu amanah, agar manusia mempunyai tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan tugas ini.

KESIMPULAN
  1. Pengertian manusia menurut islam adalah makhluk ciptaan Allah yang terbaik. Pada hakikatnya manusia diciptakan untuk mengenal hakekat dirinya, agar akal yang digunakannya untuk menguasai alam dan jagat raya yang maha luas dikendalikan oleh iman, sehingga mampu mengenali ke-Maha Perkasaan Allah SWT dalam. Menciptakan dan mengendalikan kehidupan ciptaan-Nya.
  2. Manusia dalam tinjauan filsafat pendidikan islam adalah telaah filosofis bermaksud mengkaji hakikat manusia, potensi yang dimiliki manusia dan bagaimana potensi itu dikembangkan berdasarkan konsep filosofis dalam pendidikan islam.
  3. Kedudukan, tujuan, tanggung jawab, dan potensi manusia menurut islam:
  4. Ada 4 tahap penciptaan manusia:a) Tahap jasad, b).Tahap hayat,c). Tahap ruh,              d).  Tahap nafs.
  5. Kedudukan manusia menurut islam adalah mereka yang datang kemudian, sesudah kamu yang dipersilahkan, silih berganti, berselisih dan pengganti.
  6. kedudukan yang dipegang dan peranan yang dimainkan manusia dalam panggung kehidupannya didunia pasti berakhir dengan kematiannya.segala peranan yang dilakasanakan manusia selam hidup didunia, sekecil apapun peranan itu, akan dipertanggung jawabkannya, lalu dinilai dan diperhitungkan oleh yang maha adil.
  7. Allah telah menciptakan pada diri manusia satu kebebasan dasar, yaitu kebebasan memilih; suatu kebebasan yang didasarkan atas sifat asasi manusia.
  8. Tugas manusia dalam pandangan islam adalah memakmurkan bumi dengan jalan memanifestasikan potensi tuhan dalam dirinya.



DAFTAR PUSTAKA

al-Jurjani, Al-Syarif Ali ibn Muhammad. Kitab al-Ta’rifat,. Beirut: Dar al-kutub al-ilmiyyah, 1988.
Ali,Mohammad Daud. Pendidikan Agam Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998.
Aly, Hery Noer. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT LOGOS Wacana Ilmu, 1999
Azra,Azyurmadi. “Neo-Sufisme dan Masa Depannya” dalam Muhammad Wahyuni 
Nafis (Ed.), Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam. Cet. I, Jakarta: Paramadina, 1996.
Nawawi,Hadari. Pendidikan dalam islam. Surabaya: AL-IKHLAS, 1993.
Langgulung,Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam. Cet. II, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1988.
Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan. 
Rahadjo, M. Dawan. Ensiklopedia Al-Qur’an. 
Suharto,Toto. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2011. 
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Cet. X, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.

Belum ada Komentar untuk "Contoh Makalah MANUSIA MENURUT ISLAM"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel