Contoh Makalah AQSAM AL-QURAN
19.57
Tambah Komentar
AQSAM AL-QURAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah demi memperoleh gelar Ekonomi Syari’ah :
“ULUMUL QURAN”
Dosen Pengampu :
Dra. Nurul Hanani, MHI
Disusun Oleh :
Miftahul Huda (931304114)
JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
KEDIRI
TAHUN AKADEMIK 2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT , atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan teman-teman mahasiswa lainnya.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar penulis dapat memperbaiki pada pembuatan makalah selanjutnya.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Definisi tentang aqsam dan siqatnya..
2.2 Macam-macam sumpah atau Qasam.
2.3 Manfaat Sumpah dalam al-qura’an
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1: PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Sebagai pedoman kehidupan ummat manusia yang berlaku universal, Al-Qur’an diturunkan secara lengkap, tidak ada sesuatu pun yang luput dari Al-Qur’an. Al-Qur’an menjelaskan berbagai hal terkait dengan kehidupan manusia, baik secara terperinci (tafshili) maupun global (mujmal). Dengan berpatokan pada Al-Qur’an ummat manusia akan mendapatkan apa yang mereka cari, yakni ketenangan, kedamaian sebagai makhluk social, kebahagiaan, dan kemakmuran.
Namun sejak zaman Nabi Muahmmad saw sampai saat ini tidak sedikit orang yang meragukan dan mengingkari kebenaran Al-Qur’an. Dalam menerima pesan-pesan Al-Qur’an, ummat manusia terbagi tiga, yaitu ada yang menerima dengan sepenuh hati dan segera mengamalkannya, ada yang menolak dan berbuat zhalim atas dirinya sendiri, dan ada yang ambigu antara menerima atau menolak kebenaran Al-Qur’an. Karena itu, untuk memperteguh keyakinan kaum mukminin dan membuktikan kebenaran Al-Qur’an kepada orang-orang kafir yang mengingkarinya, disamping menantang mereka untuk membuat ayat yang serupa dengan Al-Qur’an, Allah SWT mempertegas firman-Nya dengan menggunakan qasam (sumpah).
Dan juga kesiapan individu jiwa manusia dalam menerima kebenaran dan tunduk terhadap cahayanya itu berbeda-beda. Jiwa yang jernih yang fitrahnya tidak ternoda kejahatannya akan segera menyambut petunjuk dan membukukan pintu hati bagi sinarnya serta berusaha mengikutinya sekalipun petunjuk itu sampai kepadanya hanya sepintas kilas. Sedang jiwa yang tertutup awan kejahilan dan diliputi gelapnya kebatilan tidak akn tergoncang hatinya kecuali dengan pukulan peringatan dan bentuk kalimat yang kuat lagi kokoh, sehingga dengan demikian barulah tergoncang keingkaran itu. Dengan demikian dengan adanya kalimat qasam atau umpah dalam pembicaran, termasuk uslub pengukuhan kalimat yang diselinggi dengan bukti kongkrit dan dapat menyeret lawan untuk mengakui apa yang diingkarinya.
Penggunaan qasam dalam beberapa ayat Al-Qur’an ini menunjukkan bahwa sebagai pedoman kehidupan ummat manusia, Al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan gaya bahasa yang komunikatif sesuai karakter manusia itu sendiri. Pada zaman modern sekarang ini, jika ingin meyakinkan kebenaran atas perkataan sesorang selalu diminta sumpahnya. Kebiasaan bersumpah ini sudah menjadi tradisi ummat manusia sejak dahulu, termasuk bangsa Arab apabila ingin menegaskan sesuatu mereka selalu menggunakan sumpah
1.2 Rumusan Masalah
-Sebutkan definisi tentang Aqsam atau sumpah dan siqat qasam ?
-Apakah yang dimaksud dengan muqsam dalam al-quran ?
-Apakah yang dimaksud dengan muqsam bih dalam al-quran ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Definisi dan Sigat Qasam
Aqsam adalah bentuk jamak dari qasam yang berarti al-hilf dan al-yamin yang berarti sumpah. Sigat asli qasam ialah fiil atau kata kerja “agsam” atau “ahlaf” yang di muta’addi (transitif)-kan dengan “ba” untuk sampai kepada muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk bersumpah), lalu disusul dengan mu’sam ‘alaih (sesuatu yang karena sumpah diucapkan) yang dimakan dengan jawab qasam.
Dengan demikian ada tiga unsur didalam sigat qasam : fi’il yang ditransitifkan dengan “ba”, muqsam dan muqsam ‘alaih. Oleh karena itu sering dipergunakan dalam percakapan maka ia diringkas. Yaitu fi’il qasam yang dihilangkan dan dicukupkan dengan “ba” , kemudian “ba” pun diganti dengan “wawu” pada isim zahir, seperti: وَالٌليْلِ إِذَا يَغْشَ (Demi malam, bila menutupi [cahaya siang]) (al-Lail [92] 1).
Qasam dan yamin adalah dua kata yang bersinonim yang pada akikatnya memiliki arti yang sama yaitu sumpah. Qasam didefinisikan sebagai pengikat jiwa (hati) aqar tidak melakukan sesuatu dengan ‘suatu makna’ yang dipandang besar atau agumg, baik secara hakiki maupun secar i’tiqadi’, oleh orang yang bersumpah. Bersumpah dikatakan yamin (tangan kanan), karena orang arab sedang bersumpah memegang tangan kanan sahabatnya.
Faedah Qasam dalam al-quran
Bahasa arab mempunyai keistimewaan tersendiri berupa kelembutan ungkapannya dan beraneka ragam uslubnya sehingga sesuai dengan berbagai tujuannya. Termasuk Qasam sendiri yang merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu didalam jiwa manusia. Quran al-karim diturunkan untuk seluruh manusia dan manusia mempunyai sikap yang bermacam-macam terhadapnya. Diantaranya ada yang meragukan , melenyapkan kesalah pahaman, menegakkan hujjah, menguatkan, khabar dan menetapkan hukum dengan cara paling sempurna.
2.2 Muqsam dalam al-Qur’an
Al-muqsam (yang mengucapkan sumpah) dalam al-Quran, diantaranya adalah :
1) Allah SWT
Misalnya terdapat pada Q.S. 56 :75-76
“Maka Aku bersumpah dengan masa Turunnya bagian-bagian Al-Quran. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu Mengetahui.”
2) Rasulullah SAW
Berupa perintah terhadapnya supaya bersumpah, misalnya terdapat pada Q.S. Yunus (10) : 53, yang berbunyi :
“Dan mereka menanyakan kepadamu: "Benarkah (azab yang dijanjikan) itu? Katakanlah: "Ya, demi Tuhanku, Sesungguhnya azab itu adalah benar dan kamu sekali-kali tidak bisa luput (daripadanya)".
3) Penghuni syurga
Sumpah penghuni surge ini ditujukan kepada penghuni neraka yang dulu ketika di dunia adalah temannya, misalnya terdapat pada QS. Ash-Shaffat (37) : 56 yang berbunyi :
“Ia Berkata (pula): "Demi Allah, Sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakakanku”
4) Orang Atheis
Misalnya terdapat pada QS. Al-Nahl (16) : 38 yang berbunyi :
“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati". (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui, (an-Nahl, 16: 38)
5) Orang-orang munafik, misalnya:
“Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa Sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; padahal mereka bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu).”(at-Taubah, 9: 56)
6) Orang-orang musyrik mekkah
“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mu jizat, Pastilah mereka beriman kepada-Nya. Katakanlah: "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu Hanya berada di sisi Allah". dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila mukjizat datang mereka tidak akan beriman.”(al-An’am, 6: 109)
7) Orang-orang kafir, misalnya:
“Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; Sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, Maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran),”(faatir, 35: 42)
8) Para penyihir fir’aun, misalnya:
“Lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat mereka dan berkata: "Demi kekuasaan Fir’aun, Sesungguhnya kami benar-benar akan menang". ( Q.S. Asy-Syu’ara, 26: 44)
9) Saudara-saudara Yusuf AS, misalnya:
“Saudara-saudara Yusuf menjawab "Demi Allah Sesungguhnya kamu mengetahui bahwa kami datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan kami bukanlah para pencuri ". (QS. Yusuf, 12: 73)
2.3 Muqsam bih dalam al-quran
Alllah bersumpah dengan zat-nya yang kudus dan mempunyai sifat-siafat yang khusus, atau dengan ayat-ayat-Nya yang memantapkan eksistensi dan sifat-sifatnya. Dan sumpah-Nya dengan sebagian makhluk itu termasuk salah satu ayat-Nya yang besar.
Dari hal itu Allah telah bersumpah pada zat-Nya sendiri dalam al-Quran yang seperti sebagai berikut :
1) “Orang-orang kafir menyangka bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanah: demi Tuhanku benar-benar kamu akn dibangkitkan.” (At-taubah [64]:7).
2) “Dan orang-orang kafir berkata: Hari berbangkitkan itu tidak akan datang kepada kami. Katakanlah: pasti datang, demi tuhanku, sungguh kiamat itu pasti akan datang kepadamu.” (saba’ [34]:3).
3) “Dan mereka menanyakan kepadamu: Benarkah (azab yang dijanjikan) itu? Katakanlah: Ya, demi tuhanku, sesungguhnya azab itu benar.” (Yunus [10]:53).
Dalam ketiga ayat ini Allah memerintahkan nabi agar bersumpah dengan Zat-nya.
Selain yang diterangkan di atas semua sumpah dalam al-quran juga dengan sumpah utuk makhluknya. Misalnya:
“Demi malam apabila menutupi (Cahaya siang) dan siang apabila terang benerang, dan penciptaan laki-laki dan perempun.” (al-Lail [92]:1-3)
Sumpah dengan makhluk-Nya inilah yang paling banyak dalam al-quran.
Allah dapat bersumpah dengan apa yang di kehendakin-Nya. Akan tetapi sumpah manusia dengan selain Allah merupakan salah satu bentuk kemusyrikan. Dari Umar bin khattab r.a diceritakan, Rasulullah berkata:
مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْأَشْرَ ك . [ر واه التر مذ ى]
“ barang siapa yang bersumpah dengan selain (nama) Allah, maka ia telah kafir atau telah mempersekutukan (Allah).
2.4 Muqsam ‘Alaih dalam Al-Qur’an
Sebagaimana telah dijelaskan di muka bahwa tujuan dari qasam adalah untuk menguatkan dan menegaskan suatu berita. Nah, berita inilah yang disebut dengan muqsam ‘alaih. Muqsam ‘alaih disebut juga jawab qasam.
Jawab qasam terkadang disebutkan – dan ini yang umumnya terjadi – terkadang pula dibuang sebagaimana halnya jawab lau syarat yang sering pula dibuang, seperti terdapat dalam firman Allah:
“Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,” (at-Takatsur, 102:5)
Seandainya jawab lau dalam ayat di atas tidak dibuang, maka redaksi ayat tersebut dikira-kirakan seperti berikut: “Sekiranya kamu mengetahui apa yang akan kamu hadapi dengan pengetahuan yang yakin, tentulah kamu akan melakukan kebaikan yang tidak terlukiskan banyaknya”.
Adapun contoh jawab qasam yang dibuang, seperti firman Allah:
“ Aku bersumpah demi hari kiamat. Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). ( Qs. Al-Qiyamah, 75: 1-2)
Jawab qasam pada ayat tersebut dibuang yakni diperkirakan ada kata-kata “pasti kamu akan dibangkitkan dan dihisab. Alasan dibuang jawab qasam dalam dalam kedua ayat itu karena ditunjuk oleh ayat berikutnya, yakni:
“Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? ( Qs. Al-Qiyamah, 75: 1-2)
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menjelaskan bahwa Allah telah bersumpah mengenai pokok-pokok keimanan, yang harus diketahui oleh makhluk-Nya. Kemudian al-Jauziyah mengklasifikasikan pokok-pokok keimanan – sebagai muqsam ‘alaih – tersebut kedalam beberapa bagian , yakni:
1) Ketauhidan, seperti:
’’Demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya, dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat), dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran, sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa”.(QS. Ash-Shaffat, 37: 1-4)
2) Kebenaran Al-Quran, seperti:
“Maka Aku bersumpah dengan masa Turunnya bagian-bagian Al-Quran, sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu Mengetahui. sesungguhnya Al-Quran Ini adalah bacaan yang sangat mulia. (QS. Al-Waqi’ah, 75-77)
3) Kebenaran Rasulullah, misalnya:
“Yaa siin2. Demi Al Quran yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul, (Q.S. Yaasin: 1-3)
4) Kebenaran adanya pembalasan, janji dan ancaman, seperti:
“Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan, dan (Malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya, dan (Malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya, dan (Malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan yang bathil) dengan sejelas-jelasnya, dan (Malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu, untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan, sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi”. (al-Mursalat, 77: 1-7)
5) Keadaan manusia, misalnya:
“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) Ini yang aman, sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”(QS.At-Tin, 95: 1-4)
3.1 Macam-Macam Qasam
Menurut Manna’ Khalil al-Qaththan, qasam itu adakalanya zhahir (jelas, tegas) dan ada kalanya mudmar (tidak jelas, tersirat). Zhahir ialah sumpah yang didalamnya disebutkan fi’il qasam dan muqsam bih, seperti terdapat pada QS al-Qiyamah (75) : 1-2 berikut :
لآ أُقْسِمُ بِيَوْ مِ القِياَ مَةِ, وَ لاَ أقْسِمُ باِ لنَفْسِ اللَّوَّا مَةِ
“Tidak, Aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan tidak, Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).”
Sedangkan mudhmar yaitu yang didalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan tidak pula muqsam bih, tetapi ia ditunjukan oleh “lam taukid” yang masuk ke dalam jawab qasam, seperti terdapat pada QS. Ali imran (3) : 186 berikut :
لَتُبْلُوُ نَّ فِيْ أَ مْوَا لِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ
“Kamu sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.”
Maksudnya demi Allah, kamu sungguh sungguh akan di uji.
4.1 Manfaat Sumpah dalam al-qura’an
Manna’Khalil al-Qathan berargumentasi, manfaat sumpah merujuk disiplin ilmu balaghah, al-ma’ani. Dalam ilmu ini ada tiga tingkatan psikologi mukhattab atau lawan bicara yaitu: pertama, lawan bicara tidak ada asumsi apa-apa terhadap mutakallimin, disebut ibtida’i. kedua, kondisi mukhattab tidak percaya terhadap ucapan mutakallimin, maka disebut thalabi. Ketiga, mukhattab tidak percaya terhadap ucapan pengujar, maka dinamai inkari. Pada kondisi yang psikologi thalabi dan inkari dibutuhkan suatu penegasan. Keadaan psikologi manusia inilah al-Qur’an merangkulnya dengan konsep qasam yang mengadaptasi terhadap kebiasaan (bahasa) arab.
Menurut as-Suyuthi qasam dalam al-Quran berguna untuk menguatkan dan meyakinkan suatu persoalan. Sedangkan menurut Abu al-Qasim al-Qusyairi berpendapat bahwa al-qasam dalam al-Qur’an untuk menyempurnakan dan menguatkan argumentasi (hujjah), dia beralasan untuk memperkuat argumentasi itu dengan kesaksian (syahadah) dan sumpah (qasam).
Jadi dapat disimpulkan bahwa qasam dalam kalamullah berguna untuk menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalah pahaman, menegakkan hujjah, menguatkan khabar dan menetapkan hukum dengan cara sempurna.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Aqsam (sumpah) dalam Al-Qur’an memiliki padanan kata yang memiliki makna sama (sinonim), yaitu kata al-hilf atau al-yamin. Qasam didefinisikan sebagai pengikat jiwa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang dipandang agung atau besar, baik secara hakiki maupun i’tiqadi oleh orang yang bersumpah .
Unsur-unsur qasam, ada empat: 1) muqsam (yang bersumpah); 2) fi’il yang muta’addi dengan ba; 3) muqsam bih; dan 4) muqsam ‘alaih.
Menurut Manna’ al-Qaththan, qasam itu adakalanya zhahir (jelas, tegas) dan ada kalanya mudmar (tidak jelas, tersirat).
Menurut as-Suyuthi qasam dalam al-Quran berguna untuk menguatkan dan meyakinkan suatu persoalan. Sedangkan menurut Abu al-Qasim al-Qusyairi berpendapat bahwa al-qasam dalam al-Qur’an untuk menyempurnakan dan menguatkan argumentasi (hujjah), dia beralasan untuk memperkuat argumentasi itu dengan kesaksian (syahadah) dan sumpah (qasam).
Jadi dapat disimpulkan bahwa qasam dalam kalamullah berguna untuk menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalahpahaman, menegakkan hujjah, menguatkan khabar dan menetapkan hukum dengan cara sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Suyuthi, Apa itu al-Quran, terjemah, Jakarta: Gema Insan Press, 1994
Al-Shiddiqy, Muhammad Hasbi, Ilmu-ilmu al-Qur’an, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002.
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, Bogor: PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2012.
Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasni, Zubadah al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, terj. Rosihan Anwar, Bandung : Pustaka Setia, 1999.
Rosihon anwar, Ilmu Tafsir untuk,IAIN,STAIN, PTAIS, Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Belum ada Komentar untuk "Contoh Makalah AQSAM AL-QURAN"
Posting Komentar