Contoh makalah Mukharrij
07.15
Tambah Komentar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan hidayah-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “Pengenalan Mukharrij Hadits dan Karya-karyanya” sebagai tugas mata kuliah Ulumul Hadist.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Hisbullah Hadziq selaku dosen Ulumul Hadist, yang telah banyak memberikan bimbingan kepada kami dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Sebagai penulis kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembimbing dan pembaca yang sifatnya membangun. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca pada umumnya.
Kediri, 4 Desember 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kita harus meneledani sikap junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW. Meneladani sikap beliau tidak hanya berpegang teguh pada Al Qur’an melainkan dengan hadist juga. Hadist yang tertulis baik resmi atau tidak resmi yang berupa catatan yang dibuat oleh para sahabat tertentu atas inisiatif mereka sendiri jumlahnya pun tidak banyak. Pengetahuan tentang hadist merupakan hal yang sangat penting bagi kita, selain kita mengetahui asal-usul hadist, kita juga bisa mengetahui dan mengenal tentang perawi hadist. Untuk menjaga keabsahan hadist Nabi, maka hadist Nabi pun dibukukan. Dan untuk lebih mengenal tentang para orang yang meriwayatkannya hadist, maka kita harus mengenal tentang mukharrij hadist.
B.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Mukharrij ?
2. Siapa saja yang menjadi Mukharrij ?
3. Apa saja karya-karya yang sudah diciptakan ?
C.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mukharrij hadits.
2. Untuk mengetahui tokoh dari karya-karya mukharrij hadits.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Terhadap Mukharrij
Mukharrij hadits adalah perawi hadits yang telah menghimpun hadits-hadits yang diriwayatkannya ke dalam kitab-kitab yang telah disusunnya. Perawi adalah orang yang meriwayatkan hadits. Dalam hadits Nabi Saw, yang menjadi perawi pertama adalah para sahabat Nabi, sedangkan perawi terakhir adalah para mukharrij hadits.[1]
Sedangkan periwayatan hadits artinya sama dengan istilah Arab al-riwayat, yaitu “penyebutan”. Dalam bahasa Indonesia diartika sama dengan arti kata “sejarah” atau “cerita”, sehingga arti kata “periwayatan” adalah sesuatu yang diriwayatkan. Menurut istilah ahli hadits kata “periwayatan” diartikan suatu penerimaan dan penyampaian hadits serta penyandaran hadits kepada penyampaian matarantai para perawinya melalui bentuk-bentuk penerimaan dan penyampaian yang bersifat tertentu.
Adapun beberapa istilah tingkatan anatara lain sebagai berikut :
1.Al-Talib adalah orang yang sedang belajar hadits.
2.Al-Muhadditsun adalah orang yang mendalami dan menganalisis hadits dari segi riwayat dan dirayah.
3.Al-Hafidz adalah orang yang hafal minimal 100.000 hadits.
4.Al-Hujjah adlah orang yang hafal minimal 300.000 hadits.
5.Al-Hakim adalah orang yang menguasai hal-hal yang berhubungan dengan hadits secara keseluruhan.
6.Amirul-Mu’minin fi Al-Hadits adalah tingkatan yang paling tinggi.
Adapun unsur-unsur pemahaman yang harus ada dalam periwayatan hadits :
1. Adanya kegiatan menerima hadits dari parawinya.
2. Adanya kegiatan menyampaikan hadits kepada orang lain.
3. Adanya susunan matarantai para parawi ketika hadits disampaikan kepada orang lain.
4. Adanya kalimat yang menjadi pokok pembicaraan.
5. Adanya kegiatan yang berkenaan dengan seluk-beluk penerimaan dan penyampaian hadits.[2]
B.Pengenalan karya-karya Mukharrij
a. Mukharrij Al-Bukhari
No.
Nama Perawi Hadits
Urutan sebagai Perawi
Urutan sebagai Sanad
1
Anas bin Malik
Perawi I
Sanad V
2
Abu Qilabah
Perawi II
Sanad IV
3
Ayyub
Perawi III
Sanad III
4
Abdul Wahhab al-Tsaqofiy
Perawi IV
Sanad II
5
Muhammad bin Mutsanna
Perawi V
Sanad I
6
Al-Bukhari
Perawi VI
Mukharrij Hadits
b. Mukharrij Muslim
No.
Nama Perawi Hadits
Urutan sebagai Perawi
Urutan sebagai Sanad
1
Anas bin Malik
Perawi I
Sanad V
2
Abu Qilabah
Perawi II
Sanad IV
3
Ayyub
Perawi III
Sanad III
4
Abdul Wahab al-Tsaqofiy
Perawi IV
Sanad II
5
Muhammad bin Basyar
Perawi V
Sanad I
6
Muh. Bn Yahya bn Abi Umar
Perawi V
Sanad I
7
Ishak bin Ibrahim
Perawi V
Sanad I
8
Muslim
Peraawi VI
Mukharrij Hadits
C.Biografi Para Perawi Hadits
1. Imam Bukhori (194-256 H)
Nama lengkap Imam Bukhori adalah Abu Abdillah Muhammad bin Isma;il bin Ibrahim bin Mughiroh Al-Ja’fi bin Bardizbah Al-Bukhori. Dilahirkan hari Jum’at 13 Syawal 194 Hijriyah di kota Bukhara, Asia Tengah, sehingga lebih dikenal Al-Bukhori. Pada usia yang relatif muda ia sudah mampu menghafal tulisan beberapa Ulama; hadits yang ada di negerinya.
Al-Bukhori di didik dalam keluarga Ulama’ yang taat beragama. Dalam kitab At-Tsiqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayah Al-Bukhori dekenal sebagai orang yang wara’, dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang bersifat subhat (ragu-ragu) hukumnya, terlebih hal yang haram. Ia seorang ulama’ bermadhab Maliki dan murid Imam Malik, seorang ulama’ besar dan ahli fiqih. Ia wafat ketika Al-Bukhori masih kecil.
Al-Bukhori tergolong orang yang memiliki sifat penyabar dan memiliki kecerdasan yang jarang dimiliki oleh orang lain. Kecerdasan dan ketekunan dalam mempelajari hadits-hadits itulah kemudian diberi gelar Amir Al-Mu’minin fi Al-Hadits, oleh ulama’-ulama’ hadits pada zamannya. Al-Bukhori menghafal 100.000 hadits shohih dan 200.000 hadits yang tidak shohih, suatu kemampuan menghafal yang jarang ada tandingannya. Salan satu karya besar yang monumental dalam kitab yang ditulis oleh Al-Bukhori adalah kitab Jami’ Al-shohih yang lengkapan nama kitab ini telah dikemukakan pada awal penulisan itu, kitab Jmi’ Al-Shohih ini dipersiapkan selama 16 tahun. Ketika hendak memasukkan hadits dalam kitab ini, ia sangat berhati-hati. Hal ini terlihat setiap ia hendak mencantumkan hadits dalam kitabnya didahului mandi, berwudlu, dan sholat istikhoroh meminta petunjuk kepada Allah tentang hadits yang ditulisnya. Al-Bukhori menyatakan bahwa “saya tidak memasukkan dalam kitab Jami’ku ini kecuali yang shohih saja. Dan jumlah hadits dalam kitab Jami’ itu sebanyak 7397 hadits dengan penulisan secara berulang, dan tanpa diulang sebanyak 2602 hadits.
Selain itu dalam pembuatan karya besarnya yang monumental, Al-Bukhori sangat memperhatikan teknis penulisannya. Al-Bukhori membuat bab-bab sesuai dengan tema dan materi hadits yang akan ditulisnya, setelah selesai menulis kitab shohihnya, Al-Bukhori memperlihatkannya kepada ulama’-ulama’ hadits pada zaman itu. Mereka semua menilai hadits-hadits yang terdapat didalam kualitasnya tidak diragukan, kecuali 4 hadits saja dari sekian banyak hadits yang memerlukan peninjauan ulang untuk dikatakan sebagai hadits shohih.
Imam Bukhori banyak menghasilkan karya-karya dan sebagian telah musnah, dan sebagian lagi masih ada ditengah-tengah kita. Al-Bukhori wafat di desa Khartand kota Samarkand pada tanggal 31 Agustus 870 M (30 Ramadhan 256 Hijriyah) pada malam idul fitri pada usia 62 tahun kurang 13 hari, ia dimakamkan selepas sholat dhuhur pada hari raya idul fitri.
2. Imam Muslim (204-261 H)
Nama lengkap Imam Muslim adalah Al-Imam Abu Husein Muslim Al-hajjaj Al-Husaeri An-Naysaburi. Ia dilahirkan pada tahun 204 H dan meninggal dunia pada sore hari bulan rojab tahun 261 H, dan di kuburkan di Naysaburi. Ia termasuk salah seorang dari ulama’-ulama’ hadits yang terkenal. Sejak masih kecil, ia sudah mulai tertarik untuk menuntut ilmu. Berbagai tempat telah dikunjunginya untuk memenuhi kegemarannya tersebut.
Imam Muslim menerima hadits dari beberapa orang gurunya, disamping itu pula ia menerima dari Al-Bukhori sendiri, selanjutnya Imam Muslim mengikuti jejak karir Imam Bukhori terutama dalam menulis kitab shohihnya. Salah satu hadits karya Imam Muslim adalah Al-Jami’ Al-Shohih atau dikenal dengan sebutan Shohih Muslim saja. Ia menulis selama 12 tahun, jumlah hadits yang terdapat pada kitab ini tanpa diulang-ulang sebanyak 3030 hadits, dan jumlah keseluruhannya adalah 10.000 hadits.
Sebagai bahan perbandingan, kebanyakan para ulama’ hadits berpendapat bahwa shohih Al-Bukhori lebih tinggi derajatnya dibanding dengan derajat Shohih Imam Muslim. Salah satu yang menjadi alasannya, Imam Muslim terkadang meriwayatkan hadits dari Al-Bukhori, sedangkan Al-Bukhori tidak meriwayatkan hadits dari Imam Muslim. Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, diantaranya Al-Jami’ As-Shohih atau lebih dikenal dengan Shohih Muslim, Al-Musnad Al-Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama kitab para rowi hadits), kitab Al-Asma wal-Kuna, kitab Al-Ilal, kitab Al-Aqran dan lain sebagainya.
3. Imam Abu Dawud (202-275 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Ishaq bin Bashir bin Shihab Ibnu Amr bin Amron Al-Azdi As-Sijistany. Beliau dinisbatkan kepada tempat kelahirannya, yaitu di Sijistan (terletak antara Iran dan Afganistan). Beliau dilahirkan di kota tersebut pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di Bashrah.
Abu Dawud adalah seorang parawi hadits yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadits, lalu memilih dan menuliskan 4.800 diantaranya dalam kitab Sunnah Abu Dawud. Untuk mengumpulkan hadits tersebut ia harus berpergian ke Arab, Iraq, Khurasan, Mesir, Syuria, dan lainnya.
Imam Abu Dawud sudah berkecimpung dalam bidang hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui mengingat pada tahun 261 H, ia sudah berada di Baghdad dan disana ia melayat kekediaman Imam Muslim. Setelah Imam Abu Dawud di kota Baghdad, ia diminta oleh Amir Abu Amat Al-Muaffaq untuk tinggal dan menetap di Basroh dan ia menerimanya. Akan tetapi hal ini tidak membuat Imam Abu Dawud berhenti untuk mencari Hadits. Diantara karyanya yang terbesar dan sangat berfaedah ialah kitab Sunan yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Abi Dawud. Standard hadits menurut Imam Abu Dawud ada 4 yaitu: shohih; semi shohih; mendekati shohih; dan sangat lemah.
4. Imam At-Turmudzi (209-279 H)
Nama lengkapnya adalah Imam Al-Hafis Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Surah, seorang muhaddits yang dilahirkan di kota Turmudiz, kota kecil di pinggir utara sungai Amuderiya dan sebelah utaran Iran. Ia dilahirkan di kota tersebut pada bulan Dzulhijjah tahun 209 H. Imam Bukhori dan Imam Turmudzi keduannya berasal sedaerah.
Setelah mengalami perjalanan panjang semasa hidupnya, ia mengalami kebutaan. Ia hidup dalam keadaan tuna netra, dalam keadaan inilah At-Turmudzi meninggal dunia. Ia wafat pada malam Senin 13 Rojab tahun 279 H dalam usia 70 tahun.
Ia belajar meriwayatkan hadits pada ulama’ ternama, diantaranya Imam Al-Bukhori. Ia mempelajari hadits dan fiqih, ia juga belajar pada Imam Muslim dan Abu Dawud. Ia juga mengambil hadits dari ulama’ hadits yang terkemuka. Ia menyusun kitab Sunan dan hukum-hukumnya lebih tertib. Setelah selesai menulis kitab ini, menurut pengakuannya sendiri dikemukakan kepada ulama’-ulama’ Hijaz, Irak dan Khurasan, lalu ulama’ tersebut meridhoinya serta menerimanya dengan baik. [3]
D.Analisis Hadits
Dilihat dari segi kualitasnya, hadits dapat diklasfifikasikan menjadi hadits shohih dan hasan. Pembahasan hadits shohih dan hasan mengkaji tentang dua jenis hadits yang hampir sama, tetapi juga dilihat dari segi persyaratan dan kriterianya hadits hasan periwayatannya ada yang kurang kuat hafalannya, sementara pada hadits shohih diharuskan kuat hafalan.
1. Hadits Shohih
Kata shohih secara bahasa berarti sehat, selamat, benar, sah, dan sempurna. Para ulama’ biasa menyebut kata shohih ini sebagai lawan dari kata saqim (sakit). Maka, hadits shohih dalam bahasa adalah hadits yang sehat, selamat, benar, sah, sempurna, dan yang tidak sakit. Secara terminologis, menurut Shubhi al-Shalih, hadits shohih adalah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh periwayat yang ‘adil dan dhabith hingga bersambung kepada Rasulullah atau pada sanad terakhir berasal dari kalangan sahabat tanpa mengandung syadz ataupun ‘illat.
2. Hadits Hasan
Hadits hasan pada dasarnya adalah hadits musbad, diriwayatkan oleh periwayat yang ‘adil, tidak mengandung syadz ataupun ‘illat. Tetapi diantara periwayatnya dalam sanad ada yang kurang dhabith. Dengan kata lain, haditas hasan hampir sama dengan hadits shohih, hanya saja pada hadits hasan di antara salah seorang periwayatannya ada yang kurang dhabith, sedangkan pada hadits shohih seluruh periwayatannya dhabith.
E.Kriteria Hadits Shohih dan Hasan
Berangkat dari beberapa definisi tentang hadits shohih dan hasan diatas diketetahui beberapa kriteria hadits shohih dan hasan, yaitu :
1. Kriteria hadits shohih :
·Sanadnya bersambung
·Para periwayatnya ‘adil
·Para periwayatnya dhabith
·Terhindar dari syadz
·Terhindar dari ‘illat
2. Kriteria hadits hasan
· Sanadnya bersambung
·Para periwayatnya ‘adil
·Di antara para periwayatnya ada yang kurang dhabith
·Terhindar dari syadz dan ‘illat[4]
BAB III
PENUTUP
A.kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Mukharrij Hadits adalah perawi hadits yang telah menghimpun hadits-hadits yang diriwayatkannya ke dalam kitab-kitab yang telah disusunnya. Perawi adalah orang yang meriwayatkan hadits. Dalam hadits Nabi Saw, yang menjadi perawi pertama adalah para sahabat Nabi, sedangkan perawi terakhir adalah para mukharrij hadits. Sedangkan periwayatan hadits adalah sesuatu yang diriwayatkan atau suatu kegiatan penerimaan dan penyampaian hadits serta penyandaran hadits kepada rangkaian matarantai para parawinya melalui bentuk-bentuk penerimaan dan penyampaian yang bersifat tertentu.
Dilihat dari segi kualitas hadits itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi hadits shohih dan hasan. Yang menjadi pembeda antara kedua hadits ini adalah pada periwayatannya, hadits shohih diharuskan kuat hafalannya sementara pada hadits hasan ada yang kurang kuat hafalannya.
DAFTAR PUSTAKA
Idri, Studi Hadis, Jakarta, Kencana, 2010
Solahudin, Agus, Ulumul Hadits, Bandung, Pustaka Setia, 2009
Zein, Ma’shum, Ulumul Hadits dan Musthalah Hadits, Jombang, Darul Hikmah, 2008
[1] Agus Solahudin, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 240
[2] Ma’sum Zein, Ulumul Hadits dan Mustholah Hadits, (Jombang: Darul Hikmah, 2008), 218
[3] Agus Solahudin, 241
[4] Idri, Studi Hadis, (Jakarta: Kencana 2010), 157
.png)
Belum ada Komentar untuk "Contoh makalah Mukharrij"
Posting Komentar